Hasil hitung cepat Pilkada 2018 menunjukkan PDIP sebagai partai penguasa hanya menang di 5 Pilgub. Ini jelas peringatan keras terhadap tidak optimalnya mesin partainya. Sejumlah intruksi langsung dari Ketum partai tidak berjalan di level daerah. Seolah-olah "tidak nyambung" antara instruksi dan implementasi.
Dalam konteks partai modern, situasi tersebut seharunya menjadi momentum penting bagi partai untuk mengevaluasi kepemimpinan partai.
Tetapi nampaknya PDIP tidak mampu melakukan itu, karena watak dan karakter patron-client party seperti PDIP, evaluasi kepemimpinan merupakan hal tabu dan hampir tak mungkin dilakukan. Ajakan evaluasi terhadap Megawati, berarti ajakan kudeta yang akan mendegradasi sistem internal partai. Yang ada, justru pihak-pihak yang akan mengevaluasi itulah yang akan "dievaluasi" alias disingkirkan.
Karena itu, kondisi ini hendaknya jadi momentum introspeksi internal PDIP. Pengurus dan kader PDIP harus mawas diri terhadap kelemahan mendasar partai ini. Jika hal ini tidak mampu dilakukan, itu mempertegas bahwa PDIP sejatinya adalah partai tradisional dengan masa depan suram!