Kami duduk berjarak tak saling pandang. Dia di atas batu kelabu,aku di atas balok kering terbawa bandang.Â
Tak begitu dekat untuk merinci wajahnya. Berpunya tahi lalat atau jerawat kecil.Â
Aku hanya sekejap melihat bola matanya yang biru laut. Ada sungai keruh mengalir deras di sana. Dan suara air tak gemuruh menghanyutkan. Bola mata itu tak juga berkedip meski petang itu hujan turun.
Dia tak ada lagi di atas batu ketika aku berkedip. Kusapu sekeliling dengan pandang mata sengsara. Dia ada di antara awan mengungsi arah barat daya.
Namanya bukan Widuri. Namanya kutulis:Aryati...
Perempuan yang tak terjangkau jemari.
Medan 16 Okt 2018
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!