Mohon tunggu...
Leonard Davinci
Leonard Davinci Mohon Tunggu... Lainnya - Ketika Aku Menulis Maka Aku Ada

Maumere - Flores - Nusa Tenggara Timur (NTT)

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Poros Baru Permusuhan Antarsuporter Sepak Bola Setelah Piala Indonesia 2019

7 Agustus 2019   05:00 Diperbarui: 8 Agustus 2019   01:55 2634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aaron Evans merayakan golnya pada pertandingan final Piala Indonesia 2019 yang mempertemukan PSM Makassar vs Persija Jakarta di Stadiom Mattoangin, 6 Agustus 2019. (TRIBUN TIMUR/ABDIWAN BOXY)

Setelah membaca tulisan dari salah satu legenda hidup tim nasional sepak bola Indonesia sekaligus tim Persija, Bambang Pamungkas, dalam bloggnya yang berjudul "Juara, Tidak Lagi Penting", penulis jadi teringat dengan poros permusuhan antarsuporter sepak bola yang ada di Indonesia.

Tulisan yang kemudian diunggah di laman Twitter @bepe20 ini kurang lebih mengulas tentang munculnya poros baru permusuhan antarsuporter sepak bola di Indonesia, yaitu antarkelompok suporter pendukung dari tim Persija dan kelompok suporter pendukung dari tim Persatuan Sepak Bola Makassar (PSM).

Kekhawatiran akan munculnya poros baru permusuhan antarkedua kelompok suporter ini dilatarbelakangi oleh adanya insiden pelemparan bus yang membawa pemain dan official tim Persija oleh oknum suporter PSM sesaat setelah meninggalkan stadion pada latihan resmi, sebelum berlangsungnya laga final leg kedua Piala Indonesia 2019.

Akibat dari insiden ini, pihak federasi dalam hal ini Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) menunda laga final leg kedua yang kemudian dilanjutkan pada Selasa, 06 Agustus 2019, dan akhirnya tim berjuluk "Juku Eja" PSM keluar sebagai kampiun Piala Indonesia 2019. Selamat kepada pasukan Ayam Jantan dari Timur atas gelar perdana Piala Indonesia 2019 sekaligus menghapus puasa gelar selama hampir 19 tahun.

Pertandingan final leg kedua yang digelar di Stadion Andi Mattalatta-Makassar telah berjalan dengan lancar dan sukses, baik di dalam maupun di luar stadion.

Bahkan, tim tamu Persija yang datang beberapa hari sebelumnya pun diterima dengan baik.

Tidak tanggung-tanggung, mereka disambut dengan tarian tradisional daerah setempat ketika menginjakan kakinya di Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.

Pengamanan yang dipersiapkan oleh panitia yang terdiri dari pihak Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) terhadap para pemain dan official tim Persija pun ekstra ketat, mulai dari hotel tempat mereka menginap sampai ke stadion tempat digelarnya pertandingan. Mereka dikawal dengan kendaraan taktis berlapis baja demi menghindari terjadinya insiden selanjutnya.

Tentu, ini sudah merupakan standar baku yang diterapkan oleh PSSI terhadap tim tamu yang akan bertanding jika memang situasi serta kondisi keamanannya tidak memungkinkan dan juga merupakan permintaan dari tim tamu Persija.

Meskipun pertandingan di Makassar berjalan dengan lancar dan sukses, namun tidak demikian dengan situasi di Jakarta.

Dilansir dari Metro Sport (06/08/2019), terjadi bentrok antarkelompok suporter Persija dan PSM yang berlangsung di Kafe Komandan, daerah Tebet, Jakarta Selatan.

Penyebab dari bentrokan ini pun masih simpang siur, karena belum ada release resmi dari pihak kepolisian.

Kalau penulis boleh berasumsi, bisa jadi bentrokan ini dipicu oleh kekalahan yang diterima dari tim Persija dan juga merupakan buntut dari insiden sebelumya yang terjadi di Makassar.

Sebenarnya penulis tidak ingin memperkeruh suasana menyikapi kerusuhan antarsuporter di Indonesia. Penulis juga tidak ingin merusak euforia masyarakat Kota Makassar dalam menyambut gelar Piala Indonesia ini.

Penulis hanya ingin mengajak seluruh pencinta sepak bola di negeri ini, agar bisa berpikiran jernih dan bijaksana dalam menyikapi setiap persoalan yang menimpa kelompok suporter.

Selama ini, para pencinta sepak bola pasti mengenal dua poros besar permusuhan antarkelompok suporter di Tanah Air. Dua poros besar yang dimaksud, yaitu poros permusuhan antara Bobotoh (sebutan untuk kelompok suporter dari tim Persatuan Sepak Bola Indonesia-Bandung atau Persib dengan The Jakmania (sebutan untuk kelompok suporter tim Persija), dan poros permusuhan antara Bonekmania (sebutan untuk kelompok suporter dari tim Persatuan Sepak Bola Surabaya atau Persebaya) dengan Aremania (sebutan untuk kelompok suporter dari tim Arek Malang atau Arema FC).

Selain dua poros besar ini, masih ada juga poros-poros lain permusuhan antarkelompok suporter, tetapi masih dalam level yang sedang.

Poros permusuhan dua kelompok besar yang mempunyai sejarah yang panjang dalam kancah sepak bola nasional ini pun sudah berlangsung sangat lama dan sepertinya sampai sekarang belum ada tanda-tanda untuk saling berdamai.

Kendati berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak, namun belum bisa membuahkan hasil yang maksimal.

Bahkan, perseteruan dari kedua poros kelompok suporter tersebut menjadi melebar, yaitu antara Bobotoh dengan Aremania, dan juga antara Bonekmania dengan The Jakmania.

Konsekuensi dari perseteruan ini menyebabkan polarisasi yang semakin mengkhawatirkan yang juga berimbas pada animo dukungan kelompok suporter ini ketika timnya bertanding.

Sebagai contoh, ketika tim Arema FC bertanding melawan Persija baik home atau away dijamin aman dari bentrokan antarsuporter, karena kedua kelompok suporter ini memang tidak memiliki riwayat saling bermusuhan.

Selain suporter, para pemain dan official dari kedua tim pun dijamin aman. Tidak perluh harus dikawal secara berlebihan dengan kendaraan taktis berlapis baja dan juga pengamanan super ketat dari pihak keamanan.

Demikian juga, ketika tim Persebaya bertanding melawan Persib baik home atau away dijamin aman, karena memang kedua kelompok suporter ini pun tidak mempunyai riwayat saling bermusuhan.

Para pemain serta official pun sama, tidak perluh harus mendapatkan pengawalan yang super ketat dari pihak keamanan.

Sehingga, tidak menguras energi yang ekstra dari panitia serta pihak keamanan dan juga tidak membutuhkan jumlah personil keamanan yang banyak dalam mengawal pertandingan baik di dalam maupun di luar stadion.

Akan tetapi, hal ini tidak terjadi ketika tim Arema FC atau Persija sebagai tuan rumah menjamu tim Persebaya atau Persib.

Sudah barang tentu, suporter tim tamu, baik Bonekmania maupun Bobotoh tidak memberanikan diri untuk datang ke kandang tim Arema FC atau Persija karena dilarang oleh pihak keamanan, mengingat pasti akan terjadi bentrokan yang berakibat sampai pada hilangnya nyawa manusia.

Begitu juga sebaliknya, ketika tim Persebaya atau Persib sebagai tuan rumah menjamu tim Arema FC atau Persija. Sudah pasti suporter tim tamu, entah itu Aremania atau The Jakmania pun mendapat larangan yang sama dari pihak keamanan agar tidak memberanikan diri untuk datang ke kandang Persebaya atau Persib.

Selain itu, para pemain serta official tim tamu pun mendapat pengawalan yang ekstra ketat dari pihak keamanan sebelum dan sesudah pertandingan, baik itu di dalam stadion maupun di luar stadion.

Hal ini menyebabkan panitia serta pihak keamanan pun harus bekerja ekstra keras dengan jumlah personil yang sangat banyak demi berlangsungnya petandingan sepak bola yang aman, damai dan lancar.

Situasi dan kondisi seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan kita sebagai pencinta sepak bola Tanah Air tentu tidak menginginkan hal ini terjadi lagi dengan kelompok suporter yang lain.

Tidak Perluh Ada Lagi Poros Baru Permusuhan Antarsuporter

Menyikapi tulisan dari sang legenda hidup Bambang Pamungkas akan kekhawatiran munculnya poros baru antarkelompok suporter, dalam hal ini antara kelompok suporter Persija dan PSM, maka penulis pun akhirnya sependapat.

Kekhawatiran dari pemain yang akrab disapa Bepe ini sepertinya bakal menjadi kenyataan, apabila tidak diantisipasi dari sekarang.

Hal ini diperkuat dengan realita yang terjadi, bahwa ada insiden yang menimpa tim Persija di Makassar sebelum laga final leg kedua dan juga insiden yang menimpa kelompok suporter PSM di Ibukota setelah laga tunda final leg kedua Piala Indonesia 2019.

Kalau ditelisik jauh ke belakang, memang kedua kelompok suporter ini, baik itu The Jakmania maupun The Maczman (julukan untuk kelompok suporter PSM) sama sekali tidak memiliki riwayat saling bermusuhan.

Kendati demikian, karakter dari suporter yang beranekaragam berdasarkan kultur yang juga berbeda-beda dari setiap daerah memang sangat rentan untuk melakukan tindakan anarkis.

Belum lagi dua kelompok suporter ini memiliki basis masa yang cukup besar dan perwakilannya tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Tentu ini bisa diibaratkan seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, keberadaan kelompok suporter dalam jumlah yang besar ini sangat menguntungkan tim kesayangannya ketika bertanding, baik hanya untuk sekedar memberikan dukungan semata dan juga sebagai penyokong finansial klub.

Namun, di sisi lain, keberadaan kelompok suporter dalam jumlah besar ini pun bisa dengan mudah memicu berbagai permasalahan, berupa bentrok, kerusuhan, perkelahian dan lain sebagainya. Apalagi ada yang berperan sebagai provokator, pasti sangat mudah untuk memperkeruh suasana.

Pihak Federasi dalam hal ini PSSI harus mengambil tindakan yang tegas dengan tetap mengedepankan pendekatan yang humanis.

Upaya dialog, duduk bersama untuk mendamaikan kedua kelompok suporter harus segera dilakukan, di samping upaya hukum pun harus tetap berlanjut sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pihak PSSI jangan menunggu sampai polarisasi dari kedua kelompok suporter ini semakin membesar, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa (lagi).

Apabila PSSI terlambat mengambil tindakan yang cepat untuk melakukan dialog antar kedua kelompok suporter ini, maka akan ada perasaan "dendam" dari kedua kelompok suporter ini yang berbuntut pada upaya untuk saling berbalas-balasan menyerang ketika tim kesayangannya bertanding.

Kita tidak lagi menginginkan dan melihat kedua tim ini ketika bertanding away harus mendapatkan pengawalan yang ketat dari pihak kemananan.

Kita juga tidak menginginkan para suporter dari kedua tim ini harus rela untuk tidak menonton langsung di stadion ketika tim kesayangannya bertanding away mengingat ada larangan dari pihak keamanan.

Kita pun juga tidak menginginkan kedua kelompok suporter ini saling menyusun kekuatan membentuk poros baru untuk saling bermusuhan.

Seyogianya, doa dan harapan ini bukan hanya untuk suporter dari Persija dan PSM, tetapi juga bagi seluruh kelompok suporter klub sepak bola di negeri tercinta ini.

PSSI Harus Belajar dari Persoalan Masa Lalu

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa "pengalaman adalah guru terbaik". Dalam pada itu, PSSI harus belajar dari pengalaman di masa-masa yang lalu berkaitan dengan polarisasi antara suporter, baik itu antara kelompok suporter Arema dengan kelompok suporter Persebaya maupun kelompok suporter Persija dengan kelompok suporter Persib serta kelompok suporter lainnya.

Polarisasi yang berlanjut sampai detik ini mungkin disebabkan oleh kelalaian PSSI sebagai induk sepak bola Tanah Air yang dianggap "gagal" membina klub sepak bola berserta para suporternya.

Selain berharap penuh terhadap PSSI, pihak-pihak lain yang berkecimpung dalam dunia sepak bola, semua stakeholder baik itu klub, manajemen, kelompok suporter dan kita sekalian dengan segera mengakhiri konflik yang berkepanjangan ini.

Marilah sudah saatnya kita semua, terutama para suporter sepak bola di negeri ini harus saling berangkulan, berpegangan tangan, bahu-membahu untuk mendukung tim kesayangannya dengan bersikap dewasa, arif dan sportif.

Tidak perlu ada lagi kerusuhan, bentrokan dan tragedi-tragedi berdarah lainnya, karena hanya merugikan perkembangan sepak bola kita.

Terlebih lagi, tidak perluh ada poros-poros baru dari para suporter sepak bola di negeri ini.

Sejatinya, sepak bola adalah olahraga yang bersifat menghibur dan mempersatukan.

Salam Olahraga..!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun