Mohon tunggu...
leo man
leo man Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa sarjana pendidikan biologi ddi Universitas Pendidikan Ganesha yang memiliki ketertarikan di bidang filfsafat Agama Hindu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebanggaanku Menjadi Umat Hindu

17 September 2025   15:49 Diperbarui: 17 September 2025   15:49 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan pencarian jati diri, makna, dan tujuan. Dalam perjalanan itu, agama menjadi salah satu penuntun paling penting. Bagi saya pribadi, keberadaan agama Hindu dalam hidup saya tidak sekadar menjadi identitas formal atau ritual belaka, melainkan sebuah jalan hidup yang membentuk cara berpikir, cara merasakan, hingga cara saya bersikap terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan. Dari hari ke hari saya semakin menyadari bahwa menjadi umat Hindu adalah sebuah kebanggaan yang mendalam, yang menuntun saya untuk lebih bersyukur dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan ini.

Kebanggaan saya sebagai umat Hindu berakar dari kesadaran bahwa agama ini merupakan warisan luhur yang diturunkan oleh para leluhur dengan penuh pengorbanan dan kebijaksanaan. Hindu dikenal sebagai agama tertua yang masih lestari hingga kini, dengan ajaran yang berakar pada kitab-kitab suci Weda. Bagi saya, memeluk Hindu berarti saya ikut menjaga warisan itu agar tidak hilang ditelan zaman. Setiap kali saya membaca sloka atau mendengar mantra dalam upacara, saya merasakan seolah sedang terhubung dengan generasi leluhur yang telah lebih dahulu menapaki jalan spiritual ini. Mereka mewariskan ajaran bukan hanya berupa teks, tetapi juga tradisi, budaya, seni, dan tata nilai yang begitu kaya. Kesadaran itu membuat saya merasa bangga sekaligus bertanggung jawab. Saya bangga karena sebagai umat Hindu saya memiliki akar sejarah yang panjang, yang di dalamnya tersimpan kearifan yang tidak lekang oleh waktu. Saya juga bangga karena di tengah arus globalisasi, Hindu tetap mampu menjaga identitasnya melalui filosofi, upacara, dan budaya yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Namun kebanggaan itu bukan alasan untuk berpuas diri. Justru saya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk melanjutkan dan merawat warisan itu agar tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.

Hal yang juga membuat saya bangga adalah betapa luas dan dalamnya ajaran Hindu. Konsep Tri Hita Karana---harmoni dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta---menjadi panduan yang sederhana namun sangat relevan dengan kehidupan modern. Setiap kali saya merenungkan konsep ini, saya merasa tercerahkan, karena kebahagiaan sejati tidak bisa dicapai hanya dengan berfokus pada satu aspek saja, melainkan harus seimbang antara spiritual, sosial, dan ekologis. Saya juga merasa bangga 

dengan konsep karma phala dan punarbhawa atau reinkarnasi, yang mengajarkan saya untuk tidak gegabah dalam bertindak. Setiap perbuatan, sekecil apa pun, akan kembali pada diri kita, entah dalam bentuk suka maupun duka. Ajaran ini membentuk kesadaran bahwa kehidupan adalah proses pembelajaran berulang, di mana kita diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kualitas diri. Kesadaran ini membuat saya lebih berhati-hati, lebih sabar, dan lebih bijak dalam menyikapi persoalan hidup. Selain itu, saya sangat mengagumi konsep Vasudhaiva Kutumbakam, yang berarti "dunia adalah satu keluarga." Ajaran ini membuat saya merasa bahwa Hindu tidak mengajarkan eksklusivitas, tetapi justru mengedepankan inklusivitas. Semua makhluk dipandang sebagai bagian dari keluarga besar ciptaan Tuhan. Dari sinilah tumbuh rasa toleransi, empati, dan penghormatan terhadap keberagaman. Di tengah dunia yang sering terpecah oleh perbedaan, Hindu justru mengajarkan persaudaraan universal. Inilah yang membuat saya bangga, karena saya merasa menjadi bagian dari agama yang menjunjung tinggi cinta kasih dan toleransi.

Kebanggaan lain yang saya rasakan datang dari pengalaman hidup dalam budaya ritual yang indah dan penuh makna. Upacara keagamaan Hindu bukan sekadar serangkaian formalitas, melainkan sebuah bentuk komunikasi spiritual dengan Sang Pencipta. Saya masih ingat pengalaman pertama saya mengikuti upacara Galungan dan Kuningan, ketika desa dipenuhi dengan penjor yang menjulang indah di setiap rumah. Suasana itu bukan hanya menghadirkan keindahan visual, tetapi juga menguatkan rasa kebersamaan. Setiap orang berpartisipasi, dari anak-anak hingga orang tua, semua bergotong royong mempersiapkan upacara. Dari sana saya belajar bahwa agama Hindu tidak hanya tentang hubungan pribadi dengan Tuhan, tetapi juga tentang kebersamaan dalam komunitas. Begitu pula dengan upacara Ngaben, yang sakral dan penuh simbolisme. Bagi orang luar mungkin terlihat rumit, tetapi bagi saya, Ngaben adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada jiwa yang telah berpulang. Upacara ini mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan sebuah transisi menuju kehidupan baru. Ada kebijaksanaan mendalam di balik ritual itu, yang menenangkan hati saya setiap kali harus menghadapi kehilangan. Dari ritual-ritual inilah saya merasakan bahwa Hindu selalu menghadirkan harmoni antara spiritualitas, seni, dan budaya.

Salah satu kebanggaan terbesar saya adalah bagaimana Hindu mengajarkan hubungan harmonis dengan alam. Konsep Rwa Bhineda menegaskan bahwa hidup selalu terdiri dari dualitas---baik dan buruk, siang dan malam, laki-laki dan perempuan---yang semuanya harus dijaga keseimbangannya. Dengan memahami dualitas ini, saya belajar untuk tidak serakah dan tidak bersikap merusak terhadap lingkungan. Alam bukan sekadar sumber daya, tetapi juga bagian dari kehidupan spiritual. Di Bali misalnya, ritual Tumpek Uduh dan Tumpek Kandang menjadi wujud nyata penghormatan terhadap tumbuhan dan hewan. Dari kecil saya terbiasa melihat orang tua menaruh sesajen di pohon atau memelihara hewan dengan penuh kasih. Dari kebiasaan sederhana itu tumbuhlah rasa hormat saya terhadap alam. Saat ini, ketika isu lingkungan menjadi masalah global, saya semakin bangga bahwa Hindu sejak ribuan tahun lalu sudah mengajarkan ekoteologi yang sangat relevan.

Menjadi umat Hindu juga memberi saya identitas dan jati diri yang kuat. Di tengah keragaman bangsa Indonesia, saya merasa Hindu memberikan warna tersendiri. Nilai-nilai yang saya anut membuat saya berbeda, tetapi bukan untuk merasa lebih tinggi, melainkan untuk menambah kekayaan mosaik bangsa. Saya bangga bahwa Hindu di Indonesia mampu hidup berdampingan dengan agama lain, meski jumlahnya minoritas. Justru dari posisi itu saya belajar arti keteguhan, kesabaran, dan toleransi. Kadang memang ada tantangan, seperti stereotip, diskriminasi, atau kesalahpahaman dari orang yang kurang mengenal Hindu. Namun tantangan itu tidak membuat saya rendah diri. Sebaliknya, saya semakin bangga dan bersemangat untuk memperkenalkan wajah Hindu yang penuh cinta kasih, kebijaksanaan, dan toleransi kepada orang lain. Identitas sebagai umat Hindu membuat saya percaya diri untuk berdiri tegak, tanpa harus kehilangan rasa hormat kepada perbedaan.

Selain itu, saya juga bangga karena Hindu membimbing saya untuk menemukan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Agama ini tidak hanya hadir di pura atau dalam upacara besar, tetapi juga dalam aktivitas sederhana. Saat saya menaruh canang sari di pagi hari, ada rasa syukur yang tumbuh. Saat saya melantunkan doa sebelum makan, ada kesadaran bahwa makanan ini adalah anugerah Tuhan dan alam. Bahkan ketika saya menghadapi kesulitan, saya sering mengingat ajaran untuk manacika, wacika, kayika parisudha---menyucikan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Praktik kecil itu membuat saya 

merasa bahwa agama Hindu selalu hidup dalam keseharian. Ia bukan sekadar doktrin, melainkan jalan yang menuntun setiap langkah saya. Dari situlah muncul kebanggaan, bahwa saya bisa menemukan kedamaian batin melalui ajaran yang menyatu dengan kehidupan, bukan sesuatu yang jauh dan terpisah.

Ajaran Hindu yang mendalam semakin membuat saya bangga ketika saya merenungkan empat tujuan hidup yang dikenal dengan Catur Purusha Artha: dharma, artha, kama, dan moksha. Bagi saya, dharma atau kebenaran adalah fondasi yang harus dijunjung dalam setiap tindakan. Artha dan kama, yaitu pencarian materi dan keinginan, bukanlah sesuatu yang dilarang, tetapi harus tetap berada dalam bingkai dharma. Sedangkan moksha, kebebasan sejati, menjadi tujuan tertinggi yang memberi arah bagi seluruh perjalanan hidup saya. Ketika saya menghadapi dilema, saya sering mengingat ajaran ini: apakah keputusan saya sejalan dengan dharma, atau justru menjauhkan saya dari jalan itu? Ajaran ini membuat saya lebih berhati-hati dalam menjalani hidup. Selain itu, jalan bhakti atau pengabdian kepada Tuhan juga sangat menginspirasi saya. Dengan bhakti, saya belajar bahwa cinta kasih dan keikhlasan adalah bentuk tertinggi dari ibadah. Semua itu membuat saya bangga karena Hindu tidak hanya berbicara tentang akhirat, tetapi juga memberi pedoman jelas untuk hidup di dunia dengan penuh tanggung jawab dan makna.

Pengalaman pribadi saya juga semakin mempertegas kebanggaan ini. Saya masih ingat ketika kecil, saya sering diajak orang tua sembahyang bersama di pura. Awalnya saya hanya meniru gerakan dan doa, tanpa benar-benar memahami maknanya. Namun seiring bertambahnya usia, saya mulai menyadari bahwa setiap doa yang diucapkan adalah ungkapan syukur yang tulus. Suatu ketika, saat menghadapi ujian sekolah yang sulit, saya berdoa dengan sungguh-sungguh. Saya tidak meminta hasil tertentu, melainkan memohon ketenangan hati dan kejernihan pikiran. Hasilnya luar biasa: saya mampu mengerjakan ujian dengan lebih tenang, dan apa pun nilainya, saya menerimanya dengan lapang dada. Dari pengalaman sederhana itu, saya merasakan bahwa doa dan keyakinan bukan sekadar ritual, tetapi energi yang memberi kekuatan batin. Sejak saat itu, saya semakin bangga menjadi umat Hindu, karena saya memiliki jalan spiritual yang memberi ketenangan, kekuatan, dan makna dalam hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun