Mohon tunggu...
M Nasrulloh
M Nasrulloh Mohon Tunggu... Penulis

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Selanjutnya

Tutup

Roman

Jodoh Dan Cinta

10 Juni 2025   00:17 Diperbarui: 10 Juni 2025   00:17 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ngaos (Rindu & Cinta) crd.google

Jodoh dan Cinta

Ngomongin soal jodoh dan cinta, ya ngobrolin dua hal yang sama-sama berada di tangan Tuhan, tapi sering saling pura-pura tak kenal. Dua-duanya takdir, dua-duanya juga sering bikin orang masuk angin di malam minggu.

Jodoh itu takdir. Cinta juga. Tapi jangan buru-buru menyamakan keduanya, sebab kadang mereka lahir dari rahim takdir yang berbeda. Yang satu muncul dari langit sebagai pelenggkap hidup, yang satu lagi datang diam-diam, membuat hati berdetak tapi seringkali malah nyasar ke arah yang tidak tepat. Nahasnya, cinta tak selalu sampai ke pelaminan, dan jodoh tidak selalu dilengkapi rasa cinta. Sial bukan?

Kita bisa berjuang mati-matian, menulis puisi, berdoa di sepertiga malam, tapi tetap saja kalau Tuhan bilang "BUKAN DIA", ya tetap bukan. Takdir, meski samar dan tak terlihat, adalah tembok beton yang tak bisa dijebol hanya dengan air mata atau bunga mawar.

Kalau Anda ditakdirkan untuk mencintai dan berjodoh dalam satu orang yang sama, selamat. Anda termasuk dalam kelompok kecil manusia yang menang undian langka dari Tuhan. Tapi bagaimana kalau takdir Anda hanya berhenti di cinta? Jodohnya ternyata orang lain, yang bahkan tidak bisa membedakan teh manis dan kopi pahit?

Ada kisah klasik;kisah Mughits dan Barirah. Pasangan zaman Rasulullah yang hidupnya penuh drama.

Mughits dan Barirah awalnya sepasang suami istri yang hidup rukun. Sampai akhirnya Barirah dimerdekakan oleh Sayyidah 'Aisyah. Nah, begitu statusnya naik kelas, Rasulullah memanggil Barirah dan memberinya pilihan; mau tetap dengan Mughits atau cabut?

Barirah, dengan mantap hati, memilih pergi. Katanya, "Mughits kasih harta segunung pun, aku ogah jadi istrinya lagi". Tegas. Jelas. Tanpa babibu. Bukan karena Mughits jahat. Bukan juga karena Barirah perempuan berhati batu. Tapi begitulah cinta, kadang memang tidak bisa dipaksakan walau oleh sejarah.

Mughits patah hati, jelas. Ia jadi bucin pertama dalam sejarah Islam. Ia buntuti Barirah ke mana-mana, berharap sebutir cinta jatuh dari langit ke hati perempuan itu. Tapi Barirah tetap beku. Tidak luluh, tidak lirik. Sakitnya tuh di Qalbu.

Rasulullah, yang melihat Mughits seperti daun kering terseret angin asmara, memanggil Barirah. "Maukah kau kembali pada Mughits?"tanya beliau, dengan nada yang lebih menunjuukkan rasa iba daripada perintah. Barirah memastikan; "Apakah ini perintah, ya Rasulullah?" Nabi menjawab, "Bukan. Aku hanya kasihan pada dia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun