Mohon tunggu...
Lita Istiyanti
Lita Istiyanti Mohon Tunggu... Aktifis air, sanitasi dan lingkungan

Love what you do, Do what you love

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Normalisasi Sungai: Pengendalian Banjir ala Pemerintah Daerah yang Berkelanjutan

20 September 2025   20:57 Diperbarui: 22 September 2025   05:28 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay via KOMPAS.com

5. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan

Salah satu kelemahan proyek pemerintah di masa lalu adalah minimnya evaluasi. Pengerukan dilakukan, lalu selesai, tanpa tindak lanjut pemantauan. Padahal, kondisi sungai sangat dinamis: sedimentasi terus terjadi, vegetasi berubah, dan kebutuhan masyarakat berkembang.

Karena itu, evaluasi rutin harus menjadi bagian dari strategi pengendalian banjir. Pemerintah dapat membentuk tim monitoring yang melibatkan:

  • Akademisi (untuk penelitian teknis).

  • Komunitas lokal (untuk pengawasan lapangan).

  • Dinas teknis terkait (untuk tindak lanjut kebijakan).

Dengan siklus evaluasi ini, setiap proyek bisa diperbaiki, ditingkatkan, dan disesuaikan dengan tantangan baru.

Normalisasi sungai bukanlah pekerjaan sekali jadi. Ia adalah proses panjang yang membutuhkan inovasi, efisiensi anggaran, pemilihan teknologi ramah lingkungan, pelibatan masyarakat, serta evaluasi berkelanjutan.

Pemerintah daerah tidak bisa berjalan sendiri. Hanya dengan melibatkan masyarakat, akademisi, dan sektor swasta, normalisasi sungai dapat menjadi solusi nyata, murah, ramah lingkungan, sekaligus berkelanjutan untuk mengurangi risiko banjir.

Sungai yang sehat adalah tanda peradaban yang maju. Tanamkan dalam benak kita untuk menjadikan sungai sebagai sahabat, bukan lagi ancaman. Jika negara lain bisa membuat sungainya cantik, bersih dan indah, maka kita juga harus lebih bisa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun