Dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan peran partisipatif masyarakat menjadi hal penting, artinya masyarakat tidak hanya sebatas partisipatif informatif, namun punya hak untuk turut ambil bagian dalam rembug pengambilan keputusan. Masyarakat Toba harus diposisikan sebagai subjek bukan sebagai objek semata.
Satu hal yang terus terang menjadi kekhawatiran penulis, bahwa parawisata Toba akan menjadi pariwisata eksklusif yang hanya bisa dinikmati orang berkantong tebal, sedangkan masyarakat lokal sendiri tak punya akses menikmati alam karunia Tuhan. Sebagaimana yang terjadi di Nusa Dua Bali. Semoga tidak terjadi.
Mengakhiri tulisan ini, penulis ingin memberikan gambaran bahwa pariwisata itu hakekatnya adalah menikmati sumber daya alam dan lingkungan, oleh karenanya hargailah alam karena alam punya hak asasi juga layaknya manusia.
Pariwisata Danau Toba harusnya didorong dengan konsep eco-tourism dimana interaksi alamiah dalam ekosistem tetap terjaga. Pariwisata Danau Toba harus memegang prinsip "save, study and use".
Semoga Badan Otorita Pariwisata Danau Toba benar benar menerapkan prinsip "sustainable tourism" dengan mengedepankan pertimbangan tiga pilar yakni ekologi, -ekonomi dan sosial.