Mohon tunggu...
Hefrizal
Hefrizal Mohon Tunggu... Jurnalis - Munir

Reporter

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Pedesaan

2 Maret 2021   11:20 Diperbarui: 2 Maret 2021   11:28 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KASONGAN,BANTUL : Salah satu obyek kunjungan selama mengikuti short course di Australia adalah melihat kegiatan keseharian petani dalam melakukan usaha tani dan memelihara sapi-sapi potong di padang penggembalaan. Berkesempatan menginap semalam di salah satu petani cukup untuk mengungkap hal-hal menarik diseputar kehidupan petani, mulai dari kepemilikan lahan pertanian yang sangat luas hingga pemeliharaan sapi-sapi potong yang juga sangat banyak dengan dukungan penyediaan pakan ternak baik dalam bentuk hay maupun silage.

Pantas saja petani-petani di negara-negara maju seperti di Australia disebut sebagai farmer (farm entrepreneur) dan bukan sebagai peasant seperti kebanyakan petani-petani di Indonesia.

Selain itu, nampaknya tidak hanya berprofesi sebagai petani semata, segenap potensi yang dimiliki dan keindahan alam di lingkungan tempat tinggal juga dioptimalkan sebagai destinasi wisata pedesaan baik untuk wisatawan dalam negeri maupun dari luar negeri. 

Beberapa kamar tidur dengan ranjang antik milik leluhurnya disulap menjadi fasilitas akomodasi bagi wisatawan yg bermalam sambil menikmati suasana perdesaan yang nyaman dan asri. Peralatan dan mesin pertanian seperti bajak, garu dan traktor tangan yang mungkin sudah berumur ratusan tahun dan dimiliki secara turun menurun ditempatkan dengan rapi dalam suatu ruangan khusus seperti musium pertanian pribadi sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Puncak atraksi wisata dilakukan dengan mengajak pelancong bersampan pada seruas anak sungai sambil menikmati kerumunan sapi-sapi potong yang sedang merumput di padang pengembalaan dan beberapa kanguru yang berlarian kesana kemari penuh dengan canda ria.

Kegiatan kunjungan diakhiri dengan makan malam bersama sambil menikmati menu khusus bebakaran daging sapi (barbeque) dan alunan suara gitar yg dimainkan oleh anak-anak petani yang menjadi tuan rumah.

Di Indonesia sudah banyak bermunculan destinasi wisata berbasis potensi dan pelibatan peran serta masyarakat pedesaan yang dikenal dengan nama Desa Wisata (DEWIS).

 Sebut saja Desa Wisata GAMPLONG yang berada di Desa Sumberahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY dan sangat fenomenal sebagai Mini Hollywood karena pernah digunakan sebagai lokasi penggambilan gambar film SULTAN AGUNG garapan sutradara beken Hanung Bramantyo. Kelebihan lain dari Desa Wisata GAMPLONG adalah kejelian masyarakat setempat melihat potensi desanya yang bisa dikembangkan menjadi desa wisata selain penerimaan dan peran serta masyarakat di Desa Sumberahayu.

Sudah barang tentu juga komitmen dan fasilitasi dari Pemerintah Daerah setempat melalui Satuan Organisasi Daerah (SOD) yang mengampu kegiatan pariwisata dan pengembangan ekonomi kreatif.

Selama ini beberapa desa di Indonesia sudah menyandang berbagai atribut seperti Desa Mandiri Pangan(DEMAPAN), Desa Mandiri Energi dan Desa Pertanian Organik yang bisa menjadi jejaring dan bersinergi dengan Desa Wisata.

Banyak desa-desa di Indonesia yg bisa ditumbuhkan dan dikembangkan menjadi desa wisata dengan keunggulan masing-masing seperti keindahan pemandangan alam, undag-undagan lahan sawah (terasering), kegiatan cocok tanam dan panen yang dilakukan oleh petani, keunikan tradisi masyarakat dalam bersosialisasi, keragaman nilai-nilai budaya dan eksotisme sajian kuliner yg bersifat lokalita.

Potensi-potensi pedesaan tersebut bisa menjadi magnet dan bisa dijual pada wisatawan sehingga mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi perdesaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perdesaan sebagai goal-setting dari penumbuhan dan pengembangan desa wisata.

Keberhasilan dalam penumbuhan dan pengembangan desa wisata secara umum sangat bergantung pada penyiapan fasilitas akomodasi, penyediaan infrastruktur yang memadai dan kemasan atraksi wisata serta dikreasi oleh masyarakat dan para pihak terkait yang menjadi pengelola desa wisata.

Untuk mengembangkan desa wisata terutama untuk meningkatkan kapasitas sarana/prasarana, SDM dan penguatan promosi, pengelola desa wisata dapat membangun kemitraan usaha dengan pemodal, yang terpenting adalah tetap mengedepankan peran serta dan kesejahteraan masyarakat di lokasi desa wisata.

Untuk mengetahui situasi dan kondisi serta menentukan potensi calon desa wisata yg akan ditumbuhkan dan dikembangkan, dapat dilakukan penilaian dengan menggunakan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dan atau melakukan analisis terhadap faktor-faktor yg terkait dengan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (KEKEPAN).

Dengan menggunakan _tool_ tersebut dapat diidentifikasi potensi-potensi calon desa wisata baik yang terkait dengan SDA, SDM, dan hal-hal lain terutama keunggulan-keunggulan yg dimiliki oleh calon desa wisata. Hasil analisis dengan menggunakan instrumen PRA atau KEKEPAN akan menggambarkan perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian kegiatan penumbuhan dan pengembangan desa wisata secara terarah dan terukur.

Asikin CHALIFAH

Ketua Departemen Pertanian DPP ASPRINDO

Pembina Rumah Literasi (RULIT) WASKITA, Kedungtukang, BREBES

Ketua DPW PERHIPTANI DIY

SEKJEN DPP KOPITU (Komite UMKM Indonesia BERSATU)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun