Mohon tunggu...
Lawrence H
Lawrence H Mohon Tunggu... -

Sarjana Teknik Elektro yang sepertinya tertarik pada bidang Humaniora. Mencoba menemukan jejak-jejak sang pencipta dari terbitnya matahari hingga terbenamnya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika S.T. "Kemarin Sore" Mencoba Meng-eksak-kan Perasaan

7 Desember 2017   11:48 Diperbarui: 7 Desember 2017   12:07 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setelah Ujian Pendadaran di Kampus III USD Paingan

Dalam suatu sajian karawitan biasanya tempo, ritme, dan kuat lemahnya tabuhan selalu berubah-ubah. Apalagi jika digunakan sebagai sajian pengiringan suatu pementasan seperti wayang dan sendra tari. Adakalanya cepat, ada kalanya lambat. Ada kalanya di tabuh keras, ada kalanya lirih. Semuanya bergantung pada sang kondaktur yaitu pengendang. Oleh sebab itu di tuntut kepekaan bagi seluruh penabuh gamelan (wiyaga). Hal ini lah yg menjadi keistimewaan karawitan.

Pagelaran Wayang oleh UKM Seni Karawitan USD di Panggung Realino Kampus Mrican
Pagelaran Wayang oleh UKM Seni Karawitan USD di Panggung Realino Kampus Mrican
Belajar karawitan tidak hanya belajar teknik memainkan gamelan melainkan juga belajar mengolah perasaan dan emosi. Inilah bagian terpenting yg menjadi fokus utama saya yaitu mengolah rasa atau perasaan manusia. Mungkin sudah banyak yang membuat gamelan-gamelan dengan versi yang lain. Gamelan virtual misalnya jika kita lihat di play store sudah cukup banyak tersedia di sana. 

Atau automation gamelan, yaitu gamelan yang dapat dibunyikan secara otomatis dengan bantuan robot atau penggerak (aktuator) lainnya. Namun dari kedua hal tersebut saya belum melihat sisi gamelan dan karawitan yang berfungsi sebagai pengolah rasa atau perasaan manusia. Bagi sebagian orang gamelan yang saya buat mungkin kurang menarik. 

Mungkin akan lebih menarik melihat gamelan yang bisa berbunyi secara otomatis atau gamelan virtual yang lebih simpel yang bisa di mainkan dari perangkat android. Ya, tentunya mereka bebas memberikan penilaian dan pandangan sepert itu. 

Namun sekali lagi yang saya tekankan adalah bahwa gamelan tidak hanya menciptakan keindahan lewat suara yang dihasilkan melainkan juga memiliki pengaruh dalam proses pembentukan dan mengolah perasaan manusia. 

Jika di kaji lebih dalam mungkin orang psikologi lebih berkompeten menentukan hubungan gamelan dengan perasaan manusia.

Dengan segala kesulitan dan keterbatasan saya mencoba meng-eksak-kan perasaan kuat lemahnya tabuhan yang di berikan dengan sedikit rekayasa. Saya menggunakan sensor  tekanan, dimana tekanan yang di berikan akan mempengaruhi nilai resistansi atau hambatan (R). 

Hambatan yg berubah akan mempengaruhi nilai tegangan (V) [hukum ohm] yg kemudian di ubah dalam bentuk digital dengan ADC menjadi bilangan biner yang menjadi parameter perasaan kuat lemahnya tabuhan yang di berikan, sehingga akan mempengaruhi suara yang dihasilkan demung eletronik yang keluar dari speaker.

Pengamatan sensor FSR dengan Osiloskop di Lab. TA Teknik Elektro Kampus III USD Paingan
Pengamatan sensor FSR dengan Osiloskop di Lab. TA Teknik Elektro Kampus III USD Paingan

 Rekayasa yang saya buat belumlah sempurna sehingga mempengaruhi kehandalan perangkat. Secara hasil, perangkat ini belum mampu menjawab seluruh keprihatinan saya. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mendekati kata sempurna. 

Meskipun demikian setidaknya sebagai seorang yg bukan apoteker saya berhasil meracik "obat kangen"  gamelan jika nanti saya sudah tidak berada di kota istimewa ini. Ya, kota Yogyakarta yg kata sebagian besar orang berhati nyaman. 

Rekaman video bisa dilihat disini  Inovasi Demung Elektronik . Video tersebut merupakan liputan dari BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN atau yang biasa di singkat Tekkomdik DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. 

Yogyakarta, 15 Juli 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun