Lembut tangan Ayah Calvin mendarat di kepala Jose. Ah, bagaikan mengulang masa kecil. Mata Jose terpejam menikmati belaian ayahnya. Peduli amat bila ada wartawan melihat.
Liza melengkungkan bibir membentuk senyum lembut. Ditatapinya ayah dan anak itu dari balik kaca spion. Dia satu dari sedikit teman baik Jose yang memahami pola interaksi itu.
Tak semua orang bisa mengerti. Sering kali ada yang menyalahartikan Jose anak Ayah Calvin yang kelewat manja. Beranjak dewasa pun ia masih diperlakukan seperti ketika ia masih anak-anak oleh ayahnya. Memang begitulah cara Ayah Calvin mengekspresikan cinta kasihnya. Liza mengerti, sangat mengerti dan ia tidak menghakimi. Ia justru senang memperhatikan hangatnya interaksi Jose dan Ayah Calvin.
"Maafkan Ayah ya, Nak. Ayah merepotkan kamu." Ayah Calvin berbisik, memberikan elusannya di rambut Jose.
"Kenapa minta maaf? Ayah nggak salah. Dari dulu Ayah selalu begitu."
Sebuah lagu terputar di radio mobil. Lagu itu representatif untuk Ayah Calvin. Tak puas-puas Jose memandangi wajah ayahnya, hartanya yang paling berharga. Sesekali ia menyanyi mengikuti alunan lagu.
Sulit bagiku
Menghadapi kamu
Tapi ku takkan menyerah
Kau layak kuperjuangkan
Perih bagiku