Sorot mata Jose berubah sayu. Mendung tergurat dalam di wajahnya. Dada Calvin disesaki rasa bersalah. Tindakannya menahan tubuh Alea menyakiti hati orang lain.
Calvin meminta maaf. Jose membuang muka, enggan mendengarkan. Ia lebih mempercayai penglihatannya. Tak tahukah sikapnya ini sempurna melukai hati Calvin?
"Pilihanmu untuk tidk mempercayaiku." kata Calvin sedih.
Sedihnya Calvin tak sebanding dengan sedihnya Jose. Kesedihan seorang suami yang tidak pernah dicintai istrinya. Kesedihan seorang pria yang melihat istrinya mendekap pria lain.
Jose menangkap bayangan kesedihan melintasi wajah Calvin. Namun dia tak peduli. Batinnya terlanjur sakit.
Tanpa kata, Calvin berjalan melewati kursi roda Jose. Sang sepupu mengikuti gerakannya lewat ekor mata. Calvin membuat secangkir teh.
"Mungkin kamu lupa, ini rumah siapa. Jadi seenaknya saja bikin teh di rumah orang." tandas Jose kesal.
Raut wajah Calvin tetap tenang. Ia berbalik, memegang cangkir kristal yang telah terisi.
"Aku ingat. Ini rumah Jose Gabriel Diaz, sepupu terbaikku."
Mendengar itu, Jose terenyak. Calvin masih menganggapnya terbaik, betapa pun buruk sikapnya.
Wangi teh memenuhi ruangan. Calvin menyodorkan secangkir minuman hangat itu ke tangan Jose.