Puncaknya, Calvin pernah merelakan dirinya dilukai anaknya sendiri agar Shilla tidak terluka.
-Trigger dan memasang tali di pohon
Neil, seorang warga pendatang, beberapa kali ingin bunuh diri. Namun, dia merahasiakan tujuan terpendamnya itu.Â
Suatu sore, Neil memasang tali di pohon. Pamannya melihat kejadian itu dan menanyai Neil tentang alasannya mengikatkan tali. Kata Neil, tali itu hanya untuk properti pengambilan video.Â
Sang paman awalnya percaya saja mengingat profesi Neil sebagai seorang fotografer dan videografer. Akan tetapi, kepercayaan sang paman luruh begitu melihat Neil bersiap bunuh diri. Aksi percobaan bunuh diri Neil dapat digagalkan.
Menegangkan membaca ilustrasi itu. Sayangnya, sedikit sekali orang seperti Calvin atau Paman Neil di Indonesia.Â
Kebanyakan orang Indonesia masih kurang peduli, bahkan menaruh stigma negatif terhadap penyintas gangguan mental. Hal ini tak lepas dari kurangnya pengetahuan orang Indonesia tentang gangguan kejiwaan.
Mirisnya, penyintas gangguan mental lekat dengan sebutan 'orang gila' dan 'sakit jiwa'. Sebagian besar masyarakat malah mengucilkan dan memasung mereka, alih-alih memberikan treatment penyembuhan.Â
Lebih parah lagi, ada golongan tertentu yang menuduh penyintas gangguan mental sebagai orang yang kurang bersyukur dan tipis iman.
Eits, jangan salah. Seorang admin grup peduli gangguan mental pernah mengunggah status di grupnya. Ia melarang kita semua menghakimi penyintas gangguan mental sebagai orang yang lemah iman.Â
Sebagai pembuktian, si admin menyajikan kisah seorang mantan santri yang mengalami skizofrinia.Â