** Â Â
Jose tak bisa tidur. Ia terus memikirkan acara keluarga yang diikutinya kemarin. Sebentuk keresahan berputar-putar di pikirannya.
"Kenapa, Sayang? Masih kepikiran arak itu, ya?"
Ayah Calvin memeluknya hangat. Pertanyaannya menggantung tanpa jawaban. Jose takut, takut mengingat acara kemarin malam.
Keluarga besar Ayahnya berkumpul di mansion utama. Mereka makan malam bersama. Cerita demi cerita, rangkaian rutinitas, dan ungkapan tentang pekerjaan yang berbaris terurai di meja makan. Jose hanya jadi pendengar. Ia anggota keluarga terkecil. Sepupu-sepupunya sudah dewasa.
Tatapan tak suka dilayangkan pada Jose. Sebutan "darah campuran" masih terlontar. Tapi bukan itu, sungguh bukan itu.
Usai makan malam, anggota keluarga yang tertua membuka beberapa botol arak. Hampir semua anggota keluarga bersorak kegirangan. Dalam sekejap, gelas-gelas terisi penuh.
Eits, tidak semuanya. Jose masih kecil, tapi dia tahu mana yang boleh dan mana yang tidak. Saat itulah ketakutan dan kesepian mencengkeram hatinya.
Bukannya Jose membenci perbedaan. Ia hanya takut, takut dan merasa terasing. Jose merasa sepi dalam keramaian. Jose kesepian dan terasing. Terasing di lingkaran keluarga besar Ayahnya. Keterasingan yang sama.
"Jangan dipikirkan, Jose. Lupakan saja."
Suara lembut Ayah Calvin menyadarkannya. Jose tersentak. Mudahkah melupakannya? Tidak.