Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Dear Malaikat Izrail] Kesepian, Peluklah Aku

7 April 2019   06:00 Diperbarui: 7 April 2019   06:02 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Anemone123 from Pixabay

Jose, Livio, Hito. Kemanakah mereka? Dan Ayah Calvin...kemanakah Ayah terbaik yang pernah dikenalnya?

"Aku harus bertahan. Demi Jose, demi Andrio, demi anak-anak yang butuh aku."

Terngiang perkataan Ayah Calvin yang pernah didengarnya. Ya, Ayah Calvin pasti masih ada. Tapi, dimana teman-temannya?

"Jose, Livio, Hito! Kalian dimana?" Andrio berseru memanggil-manggil mereka.

Lorong panjang ini sunyi sekali. Dingin pula. Tangan Andrio membekap dadanya, kedinginan.

Lelah berlari, Andrio menjatuhkan diri di dekat tembok. Temboknya pun sangat dingin. Tempat apa ini? Mengapa menakutkan sekali?

Andrio muntah darah. Sakit ini makin terasa. Ia ingin segalanya berakhir...ingin pergi dari sini, ingin menutup mata untuk selamanya.

"Jose...Livio...Hito." erangnya.

Mata Andrio tertumbuk ke arah dua pintu besar di ujung lorong. Kedua pintu itu terbuka lebar. Pintu pertama memperlihatkan ruangan luas penuh kobaran api. Serombongan malaikat berwajah seram memukul, mencambuk, dan menggantung terbalik orang-orang di dalamnya. 

Di antara ratusan orang yang disiksa di ruangan penuh nyala api itu, Andrio bisa melihat tiga orang berpakaian hitam. Mereka menjerit-jerit saat tubuh mereka terbakar, terpukul, tercambuk, dan tergantung terbalik. Kaki di bawah, kepala di atas. Teriakan tiga orang itulah yang paling keras.

"Itu mereka..." lirih Andrio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun