Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial, Sayang

22 Maret 2019   06:00 Diperbarui: 22 Maret 2019   06:11 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by: Wiki Images from Pixabay

"Bagiku, BPJS sama dengan riba. Dan pasien-pasien anehmu itu...hmmmm, mereka tak pantas ditolong. Biar saja mereka mati dan membusuk di neraka."

Sungguh keterlaluan. Sisa warna di wajah Dokter Tian lenyap. Kemarahannya sirna. Tergantikan kesedihan, kesedihan teramat dalam. Selama berumah tangga, dia tidak pernah mengajari istrinya bersikap rasis. Mengapa jadi begini?

Enggan melanjutkan pertengkaran, Dokter Tian bergegas meninggalkan cafetaria. Ia melangkah setengah berlari ke taman rumah sakit. Mengabaikan seruan Dokter Anastasia. Beginilah repotnya beristrikan rekan kerja.

Bangku taman telah menunggu. Dokter Tian mengenyakkan tubuh di atasnya. Ia tuliskan larik-larik puisi di atas sehelai kertas. Tak puas, onkolog itu bangkit. Meraih sesuatu dari dalam tas biolanya. Sekejap kemudian, terdengar alunan musik membelah keheningan taman rumah sakit. Dokter Tian bernyanyi lembut.


Aku memang tak berhati besar

Untuk memahami hatimu di sana

Aku memang tak berlapang dada untuk menyadarii...

Diam-diam Dokter Anastasia menyusul suaminya ke taman. Ia terpana, sempurna terpana mendengar lagu bertempo slow itu. Ah, sulitnya memahami Dokter Anastasia. Ia punya alasan sendiri untuk melarang Dokter Tian terlalu baik pada orang-orang yang berbeda.

Dengar dengarkan aku

Aku akan bertahan sampai kapan pun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun