Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gelegak Politik di Kompasiana

18 Agustus 2018   06:03 Diperbarui: 18 Agustus 2018   07:41 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada sesuatu yang membuat mood hilang kemarin sore. Gegara komentar negatif melayang di cerita cantik milik Young Lady. Pikir Young Lady, ini pasti haters baru.

Kalau kritik membangun, no problem. Tapi kalau sekadar nyinyir dan membawa-bawa kecebong? Mengenai komentarnya, Young Lady cantik tak ingin bahas di tulisan cantik ini. Akan menyusul tulisan cantik yang lebih spesifik, karena Young Lady memang ingin mengulasnya di tempat terpisah.

Satu poin yang ingin diulas: kemelut politik di negeri ini berpengaruh pula di Kompasiana. Politik bergejolak jelang Pilpres, perang politik di Kompasiana pun makin menggelegak. Feeling Young Lady mengatakan, ini belum seberapa. Masuk waktu kampanye dan detik-detik jelang Pilpres, akan ada yang lebih mengerikan lagi.

Honestly, Young Lady tak nyaman dengan semua ini. Iklim politik yang memanas mengurangi rasa nyaman di rumah besar Kompasiana. Beberapa kali Young Lady jadi korban. Padahal Young Lady sangat jarang menulis politik. 

Memang pernah, tapi tulisan cantik itu pun hanya untuk memuji pujaan hati Young Lady di dunia politik: Pak Basuki Tjahaja Purnama yang handsome and charming. Eits, itu pujaan hati di dunia politik ya. Kalau di dunia lainnya ada lagi dong. Dan jelas hanya satu: "Calvin Wan". Walaupun sudah ada Pak Basuki Tjahaja Purnama yang kece, "Calvin Wan" masih lebih kece.

Ok, back to focus. Politics war, atau apa pun istilahnya, di Kompasiana sedikit-banyak berdampak pada Kompasianers yang spesialisasinya bukan politik. Kompasianers yang tidak bersalah kerap menjadi korban.

So far, Young Lady mencoba bermain aman. Young Lady hanya bermain di kanal fiksi dan humaniora. Kanal-kanal lainnya, Young Lady ogah. Masih lebih nyaman di dua rubrik itu.

Walaupun bermain aman, tetap saja kena serang. Padahal Young Lady tak tahu apa salahku...ups, itu kan lagunya D`Masiv. Ya, tak tahu salahnya dimana, mengganggu mereka pun tidak, tetiba Young Lady diserang. Apa maksudnya coba?

Sakit hati? Sedikit. Kesal? Sangat. Ingin membalas? Tidak juga. Ingin memberontak? Ingin sekali. Tidak nyaman? Iya.

Situasi ini membuat Young Lady tak nyaman. Malas berurusan dengan haters. Lelah harus menghapusi komentar kasar dan tak penting mereka. Kesal melihat politics war di rumah sendiri.

Rumah besar Kompasiana sedikit kehilangan kenyamanan dan kehangatannya. Ada beberapa penghuninya yang kejar-kejaran dan berantem, seperti Tom and Jerry. Ada pula penghuninya, yang mendukung lawan politik berbeda, berusaha saling menjatuhkan dan menghancurkan, seperti Orochimaru dan Akatsuki.

To the point saja ya. Semua ini gegara politik. Politik mengusik ketenangan berkompasiana. Politik memicu kecemburuan bagi Kompasianers non politik. Sebab artikel-artikel politik sering sekali mendominasi kolom terpopuler, nilai tertinggi, dan headline. Seakan politik menjadi hot topic yang terus, dan terus ditunggu. Sementara tema-tema lainnya terdesak ke pinggir.

Gara-gara politik juga, banyak akun tuyul, haters, dan pengacau di Kompasiana. Politik memprovokasi para haters ini untuk menebar kebencian atas nama SARA dan kondisi fisik. Andai saja tak ada gejolak politik, pasti tak ada haters.

Kemelut politik merusak kedamaian di Kompasiana. Yang tidak bersalah menjadi korbannya. Para haters numpang eksis di artikel-artikel yang menempati kolom NT dan terpopuler. Padahal si pemilik tulisan belum tentu berurusan dengan politik.

Well, kita bisa ambil pelajaran berharga. Bijaklah dalam berpolitik di ranah maya. Boleh mengeluarkan pendapat, boleh berkomentar, tapi tetaplah jaga etika dan ketenangan. Jangan mengganggu orang lain yang tidak berkaitan dengan politik. Tetaplah menjaga kenyamanan di Kompasiana. Kalau mau diskusi, kalau mau debat, kan ada aturannya. Berpolitiklah yang santun dan terpelajar di Kompasiana.

Ok fine, Young Lady mungkin lebih muda dari kebanyakan prajurit perang politik di Kompasiana. Meski masih muda, Young Lady tidak bodoh. Jelas sekali para haters dan pengacau ini bukan hanya mengganggu Kompasianers yang arah politiknya tidak sejalan dengan mereka, tetapi juga mengganggu Kompasianers lain yang tidak pernah berurusan dengan politik.

Coba Young Lady tanya para haters yang pernah menyerang Young Lady: kenapa kalian ganggu Young Lady? Jarang-jarang kok Young Lady main ke politik. Selalu bertahan di kanal fiksi dan humaniora. 

Memangnya kalian cenayang/paranormal? Hanya dengan membaca tulisan-tulisan cantik Young Lady, langsung tahu kemana arah diri ini berpolitik? Yang punya mata batin saja belum tentu tahu. Young Lady kan menguasai mind management. 

Young Lady takkan membuka pikiran pada orang-orang yang tidak jelas dan tidak dekat. So, untuk apa...kayak lagunya Maudy Ayunda...untuk apa kalian menyerang Young Lady dan Kompasianers tak bersalah lainnya?

Jadikan tahun politik sebagai ajang perdamaian di Kompasiana. Kompasianers, apakah kalian merasakan ketidaknyamanan yang sama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun