Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pria Juga Bisa Mengalami Kekerasan Berulang

12 Mei 2018   14:19 Diperbarui: 12 Mei 2018   14:49 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sakit hati ini seakan terbalaskan. Menyiksa "Calvin Wan" dengan berbagai bentuk kekerasan psikis selama berbulan-bulan menjadi kebiasaan. Jika pria saja bisa menyakiti wanita, mengapa wanita tidak bisa? Ok fine, waktunya melakukan hal yang sama.

Jarum-jarum tajam tertusuk tanpa henti ke hatinya. Melukai dan melakukan kekerasan berulang sudah jadi biasa. Awalnya, ia mengeluh sakit. Trauma bisa jadi. Tetapi, makin ke sana, "Calvin Wan" mengaku tak lagi merasakan apa-apa. Aneh sekali. Semula kesakitan, sekarang merasa biasa-biasa saja.

Secepat itukah rasa sakit memudar? Apakah pria enggan mengungkapkan kerapuhannya? Bukankah kekerasan, apa lagi kekerasan berulang, akan menimbulkan jejak kepedihan mendalam?

Lebih aneh lagi, pria yang terbiasa mengalami kekerasan berulang ini selalu membalas kejahatan Young Lady dengan kebaikan. Pembiaran dibalas kasih. Kekerasan berulang dibalas perhatian. Pergi tanpa pamit tak beretika dibalas ketersediaan waktu. Masih segar dalam ingatan Young Lady. Empat bulan lamanya membacakan buku, empat bulan pula berkali-kali disakiti. Tak berhenti, walau menerima kekerasan berulang.

Seperti lagunya Maudy Ayunda, "Calvin Wan" malah mengajari Young Lady tentang cinta, kesetiaan, meluluhkan hati yang beku, dan menyembuhkan luka hati. "Calvin Wan" juga mengajarkan keikhlasan. Ikhlas dilukai dan mengalami kekerasan berulang. Mengamini kata Isyana Sarasvati di lagunya, Kuterimakan. Ia menerima kekerasan berulang yang terus dilayangkan pada dirinya.

Young Lady melakukan kekerasan berulang dengan sadar, sengaja, tanpa paksaan. Sama sekali tak ada rasa takut di hati ini. Sebab Young Lady sendiri tak ingin menikah. Semua pria jahat. Yang baik hanya Nabi Muhammad. So, buat apa menikah? Buat apa takut melakukan kekerasan berulang pada pria?

Sudah saatnya wanita bangkit dan melepaskan diri dari stigma pria yang melakukan kekerasan. Sakiti pria lebih dulu sebelum pria menyakiti wanita.

Sebuah dusta bila pria mengaku kuat, tegar, dan menganggap kekerasan berulang sebagai selingan atau hiburan dalam mengarungi hidup. Sebuah keanehan luar biasa bila ada pria yang tetap selalu ada untuk wanita yang melakukan kekerasan berulang padanya.

Well, Young Lady ingin meluruskan satu hal. Tak semua wanita itu banyak bicara dan suka mengungkit masa lalu. Biasanya, tujuan wanita mengungkit masa lalu adalah pencegahan agar tidak terulang lagi kesalahan yang sama. Bila dipikir lagi, gengsi dan harga diri pria terlalu tinggi. Mereka selalu emosi bila diingatkan soal tanggung jawab dalam keluarga. Padahal kenyataannya, wanita pun bisa mandiri dan kuat tanpa pria.

Kompasianer, bagaimana pendapat kalian tentang "Calvin" dan kekerasan berulang yang mengatasnamakan gender dan relasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun