Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Melodi Silvi] Kata-kata Penebar Firasat

27 Maret 2018   06:58 Diperbarui: 27 Maret 2018   07:52 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ayah sayang sekali sama Silvi. Ayah nggak akan tinggalkan Silvi lagi." Penuh kesungguhan Calvin mengatakannya. Silvi tak merespon. Ia biarkan saja sang ayah mendekap dan menciumi puncak kepalanya.

"Ayah rela, bila sisa hidup Ayah habis untuk menemani Silvi. Ayah akan temani Silvi, selama sisa hidup." ujar Calvin, tulus dan dalam.

Silvi tertegun. Mengapa ayahnya mengucapkan kata-kata penebar firasat? Seolah waktunya tak lama lagi. Sesuatu di dalam hatinya runtuh perlahan. Tembok kebencian roboh menjadi puing.

Setitik air mata menetes. Titik-titik air mata makin banyak terjatuh membasahi pipi Silvi. Ia rebah di pelukan Calvin. Sulit sekali untuk tidak mempercayai ketulusan ayahnya. Tulusnya cinta Calvin, ada di depan mata.

"Ok fine, Ayah memang tidak seperti Uncle Adica. I'm not perfect, Dear. But...I truely, deeply, and genuinely love you."

Calvin tak sesempurna yang diharapkan Silvi. Namun cintanya untuk Silvi sempurna.

**     

https://www.youtube.com/watch?v=aAIPj2NOUGQ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun