Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Melodi Silvi] Manik Mataku Menatapmu Penuh Cinta

25 Maret 2018   06:06 Diperbarui: 25 Maret 2018   08:22 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pria kelahiran 9 Desember itu menghela napas sabar. Bersandar di pintu kamar Silvi. Apa lagi yang harus dilakukannya untuk membuat Silvi bahagia?

**      

Rasa bersalah itu terus mengejar-ngejarnya. Membisikkan tuntutan pertanggungjawaban. Resah menyerbu hati. Ini tak boleh dibiarkan.

Dari rumahnya, Calvin terus memantau progres jaringan supermarket miliknya. Ia bukan lagi pemimpin perusahaan. Namun perusahaan retail peninggalan Tuan Effendi itu masih miliknya. Adica hanya memegang amanah.

Calvin gelisah. Laporan-laporan yang bergulir dari kantor pusat mengacak-acak hatinya. Kenaikan omset sekitar lima persen, jauh dari targetnya. Belum lagi pergeseran trend dan maraknya toko online mengancam kelangsungan bisnis retail.

Keesokan harinya, Calvin bergegas ke cabang supermarketnya. Di kota bunga ini, terdapat tiga gerai supermarket. Rupanya Calvin tak sendiri. Ia mengajak Silvi bersamanya.

"Mau apa Ayah ajak aku ke supermarket?" tanya Silvi ketus.

Seraya membetulkan lipatan baju Silvi, Calvin berkata lembut. "Mana mungkin Ayah meninggalkanmu sendirian, Sayang?"

Sejurus kemudian didorongnya kursi roda Silvi ke mobil. Calvin menggendong Silvi dengan lembut. Mendudukkannya di bangku depan, lalu melipat kursi rodanya. Masih ia rasakan kehangatan tangan Calvin di tubuhnya. Tangan itu hangat. Sentuhannya lembut penuh kasih.

Tiba di gerai supermarket, Calvin mendorong kursi roda Silvi lewat pintu khusus bertuliskan "Just for owner". Para karyawan menyambut hangat kehadiran Calvin dan Silvi. Bila Calvin tersenyum ramah, Silvi memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Ini Nona Silvi, kan? Anaknya Pak Calvin? Wow cantik sekali...sudah besar ya. Terakhir ketemu lima tahun lalu," Salah seorang wanita berseragam karyawan memeluk anak cantik itu. Mengusap lembut kedua pipinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun