Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Psikolove, Akhirnya Ku Menemukanmu (10)

15 Desember 2017   05:50 Diperbarui: 15 Desember 2017   05:58 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Silvi, jangan terlalu khawatir. Aku akan baik-baik saja." Calvin berkata lembut. Membelai kedua tangan gadis itu, lalu menggenggamnya hangat.

"Aku mengkhawatirkanmu, Calvin. Sangat..." desah Silvi, air mata siap berhamburan dari kedua mata birunya.

Rumah besar bergaya Mediterania itu begitu sepi. Meski ada empat jiwa dan empat raga yang tinggal di dalamnya selama beberapa jam terakhir.

"You know I love you, Calvin..."

"Masihkah kamu mencintaiku setelah mengetahui semuanya? Kakakmu ini banyak kekurangan, Silvi."

"I still love you."

Hati Silvi terasa berat saat mengatakannya. Bisa saja ia mencintai Calvin. Namun, bukankah Calvin hanya mencintai Clara?

Calvin sedang sakit. Ia membutuhkan support dari orang-orang yang mencintainya. Silvi terlalu sibuk memberikan waktu luang dan perhatiannya untuk ayah angkat Aurora itu sampai-sampai melupakan dirinya sendiri. Sakit di lambung dan kelelahannya ia abaikan. Mungkin

Mungkin Calvin tak pernah peduli padanya. Mungkin Calvin tak pernah mencintainya. Itu lain cerita. Yang penting, Silvi sudah berusaha memberikan waktu untuk orang yang spesial di hatinya.

Menghela nafas dalam dan menggigit bibirnya menahan sakit, Silvi berusaha tenang. Agar Calvin tidak perlu khawatir. Bukan hanya lambungnya yang sakit, tetapi hatinya juga.

Mencintai dalam kehampaan, itulah yang Silvi rasakan. Saat cinta terasa begitu hampa. Saat sudah tak mampu lagi berkata-kata untuk mengungkapkan cinta. Saat cinta tak tersampaikan dalam kata. Perih, itulah klimaksnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun