Revan, tunangan Cindy, hanya tersenyum menyaksikan kedua sahabat itu melepas rindu. Sejurus kemudian Julia menyapa Revan. Menanyakan pekerjaan dan keluarganya. Ternyata Cindy dan Revan ingin memesan karangan bunga untuk pernikahan teman mereka. Julia melayani mereka. Meski sudah punya banyak karyawan, Julia tak segan melayani pembeli di toko bunganya. Menjadi bos bukan berarti merasa eksklusif dan tak mau melayani orang lain, begitu prinsipnya.
"Oh ya, gimana kabar Calvin?" tanya Revan setelah mereka selesai dengan urusan karangan bunga.
"Calvin? Kondisinya mulai membaik. Dia menulis artikel tiap hari untuk mempercepat kesembuhan. Seperti saran tunanganmu yang cantik ini..." jelas Julia seraya mengedipkan matanya pada Cindy.
"Syukurlah. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya." kata Revan.
"Makanya, jangan sibuk sama kerjaan terus. Sekali-sekali ajak Calvin ketemuan. Kalo bbisa, buat dia jadi sahabat kamu. Calvin kan nggak punya sahabat lagi sejak Jonathan meninggal." Ccindy menyikut gemas lengan Revan.
"Iya, Sayang. Nanti aku coba." Revan merangkul mesra pinggang Cindy.
Revan, Cindy, Julia, dan Calvin telah lama berteman akrab. Mulanya dari persahabatan Julia dan Cindy. Lalu ketika keduanya memiliki special someone, jadilah Revan berteman baik dengan Calvin. Julia tak puas-puas memperhatikan Revan dan Cindy. Mereka berdua begitu dekat dan mesra. Revan tak canggung menunjukkan pada semua orang bahwa dia sangat mencintai Cindy. Melontarkan panggilan sayang, rangkulan mesra, ciuman di kening, usapan di rambut, sebuket mawar putih, dan pintu mobil yang dibukakan dengan gallant. Kira-kira begitulah gambaran keromantisan yang diperlihatkan Revan. Cindy terlihat sangat bahagia. Seakan dialah wanita paling beruntung di dunia.
Mendapati fakta ini, Julia ikut senang. Cindy layak bersanding dengan Revan. Mau tak mau ia rindu juga diperlakukan begitu. Rasanya sudah lama sekali Calvin tak memperlakukannya seperti seorang putri. Persisnya sejak Calvin sakit.
Makna lain dalam sorot mata Julia rupanya tertangkap jelas oleh Cindy. Ia mengerti perasaan sahabatnya. Lembut ditepuknya punggung Julia. Diyakinkannya sahabat cantiknya itu jika kondisi ini hanya sementara. Calvin akan sembuh. Semuanya akan kembali seperti semula. Julia pun meyakini itu. Ia percaya, masih ada harapan untuk Calvin.
** Â Â Â
Kesabaran Julia tak sia-sia. Kejadian seminggu berikutnya sungguh luar biasa. Calvin mengajaknya makan malam di cafe milik mereka.