"I'm ok..." lirih Nyonya Calisa tanpa memandang mata Tuan Calvin.
Pria berwajah tampan itu mengulurkan tangan. Lembut menghapus air mata istrinya. Merengkuhnya ke dalam pelukan hangat.
"Kamu butuh pelukan dan belaian lembut. Apa yang membuatmu menangis, Sayang?"
Sebagai jawaban, Nyonya Calisa menunjukkan buku hariannya. Tuan Calvin menatap covernya sekilas.
"Itu diarymu. Boleh kubaca?"
"Tidak. Maaf Calvin, itu..."
"Privasi? Aku mengerti, Calisa."
Tuan Calvin tak memaksa. Ia menghargai privasi istrinya.
"Diary itu membuatmu sedih. Mungkin saat ini kamu belum siap bercerita padaku. Tapi kapan pun kamu siap, aku akan selalu ada untuk mendengarkanmu. Sekarang waktuku lebih banyak untukmu dan Clara."
"Thanks, Calvin. Iya, waktumu jauh lebih banyak untuk kami berdua. Sejak kamu memutuskan dengan berani untuk resign dari kantor."
Sejak Februari lalu, Tuan Calvin resign dari perusahaan tempatnya bekerja. Ia mengundurkan diri dengan berani. Bagaimana tidak, posisi business development manager ditinggalkannya. Kini Tuan Calvin fokus sebagai trader dan freelancer. Independent worker nampaknya menjadi pilihan terbaik baginya saat ini.