Mohon tunggu...
Latanya Tita Raihani
Latanya Tita Raihani Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Saya Seorang Mahasiswa yang mencoba belajar membagikan ide ide dan juga kebanyakan dari tulisan saya adalah tugas kuliah saya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Lesunya Perekonomian Global akibat Perang Dagang AS-China

24 Februari 2019   19:09 Diperbarui: 24 Februari 2019   19:37 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pasarmodal.inilah.com

Penghujung tahun 2018 nampaknya perekonomian Global sedikit demi sedikit mengalami pelemahan tak terkecuali negara pemegang perekonomian terbesar di dunia yaitu Amerika Serikat (AS). Dikenal sebagai penguasa sektor pertanian dan perdagangan terbesar tak membuat AS bisa bertahan akibat perang dagang ini. 

Para petani Negeri Paman Sam tersebut mengeluh akibat tidak lakunya hasil panen mereka dan terpaksa harus merugi akibat menjualnya dengan tarif Bea masuk oleh China yang tinggi sebagai akibat dari perang dagang yang terjadi. 

Perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China ini terus meningkat dan dipastikan akan menghambat perekonomian Global sebagai dampak yang sangat signifikan. Kedua negara ini berlomba lomba meningkatkan nilai produk mereka disamping menaikkan tarif impor yang sangat tinggi. 

Sebagai negara adidaya yang saling bergantung satu sama lain, perang dagang ini dinilai sangat merugikan bukan hanya untuk kedua negara tersebut tetapi juga untuk negara-negara lain khususnya negara berkembang. 

Perekonomian Negara berkembang  yang berkiblat pada negara-negara adidaya ini akan mengalami ketidak pastian dan kelesuan ekonomi yang akan menghambat pertumbuhan negara. Contohnya, Indonesia yang terkena dampak perang dagang ini merasa sulitnya mengekspor bahan baku ke Amerika dikarenakan negara ini memberlakukan tarif impor yang tinggi bagi negara yang banyak melakukan ekspor dibanding impor dari Amerika. 

Dampak ini juga bisa dirasakan negara lainnya seperti negara Afrika selatan, Meksiko, Ukraina, dan juga Indonesia terhadap nilai tukar yang terus menurun akibat perang dagang ini dan mengancam kestabilan suku bunga negara-negara tersebut. 

Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi globalnya menjadi 3,7% pada tahun ini dari sebelumnya 3,9%. Diperkirakan dua perekonomian terbesar dunia, Amerika dan China mulai melambat. 

As menerapkan Bea masuk sebesar 10% terhadap produk impor China senilai US$200 Miliar atau setara (Rp 2.696 triliun) yang langsung dibalas China dengan tarif impor US$60 miliar untuk produk asal Amerika. 

"Jika kita membandingkan kedua bea impor, dampaknya empat kali lebih besar untuk China karena mereka mengekspor lebih banyak dari mengimpor", kata Ethan Harris, kepala Ekonom Global di Bank of America Merrill Lynch (BofA), dilansir dari CNBC Internasional, Minggu (24/02/2019).

Ketegangan perdagangan antara kedua negara ini bermula dari kecurigaan Amerika akibat pencurian kekayaan intelektual yang di lakukan oleh China yaitu seperti kasus Paulson Manufacturing yang berbasis di California, Amerika Serikat. 

Perusahaan ini memproduksi kacamata pelindung dan perisai untuk pekerja industri dan petugas pemadam kebakaran. "Dalam satu tahun dari sesuatu produk baru yang saya keluarkan, disalin di suatu tempat di dunia. mereka bahkan menggunakan nama perusahaan kami dan menggandakannya. kata CEO Roy Paulson, ia menemukan produknya disalin saat menghadiri pameran dagang di China". Dikutip dari SindoNews, Minggu (24/02/2019).

Kejahatan intelektual tersebut dinilai menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaannya dan Hal tersebut membuat Amerika meradang dan menyatakan bahwa mereka akan melaksanakan perang dagang kepada China sampai waktu yang tak ditentukan. 

Hal ini juga mengancam kenaikan suku bunga dan berkurangnya tenaga kerja yang mengancam pasar industri dunia dan juga menghambat investasi, mengancam pertumbuhan dan mendorong inflasi AS. 

IMF memperingatkan bahwa terus berlanjutnya perang dagang dapat memangkas pertumbuhan Global sebesar 0,8% dan berdampak bagi seluruh dunia. Dilansir dari CNBC Indonesia, Minggu (24/02/2019).

Perang dagang ini menimbulkan efek yang bisa dirasakan seluruh dunia seperti kenaikan suku bunga yang dapat menimbulkan krisis dalam negeri dan membuat suatu perekonomian bangsa melemah. Dampak peningkatan biaya Bea yang sangat mahal sendiri membuat negara-negara pengekspor merasa lebih dirugikan akibat mahalnya biaya ekspor dibandingkan dengan hasil yang mereka dapatkan. 

Sudah seharusnya kita sebagai negara yang merasakan dampak perang dagang ini walaupun kita tidak ikut berperan di dalamnya melakukan eksplorasi diri bangsa ini agar kita dapat menghadapi dan membangun agar terhindar dari krisis yang lambat laun dirasakan contohnya terjadi harga harga yang mahal akibat sulitnya barang masuk dan keluar dari Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun