Sebagaimana tertuang dalam Nawacita, pemerintahan Presiden Joko Widodo berkomitmen untuk mendorong pembangunan di wilayah-wilayah tertinggal. Dalam jabaran visi pemerintahannya itu, Presiden Jokowi ingin membangun Indonesia dari pinggiran.
Hal itu bukanlah pepesan kosong. Selama hampir empat tahun pemerintahannya, Presiden Jokowi terus mengebut pembangunan infrastruktur di wilayah 3 T (terluar, terdepan dan tertinggal), salah satunya di Papua.
Bentuk pembangunan wilayah itu diwujudkan dengan adanya pembangunan Jalan Trans-Papua yang menghubungkan Sorong hingga Merauke.
Presiden Jokowi sendiri menargetkan pembangunan Jalan Trans-Papua akan tersambung seluruhnya pada 2019 nanti. Jalan darat itu terbagi dalam 2 provinsi, yakni Papua dan Papua Barat sepanjang 4.329,55 km tanpa putus.
Sebagaimana yang kita ketahui, proyek pembangunan Jalan Trans-Papua ini memang telah dimulai sejak pemerintahan Habibie. Namun sejauh ini berjalan pelan, hingga akhirnya bisa memiliki progres yang masif di masa kepemimpinan Presiden Jokowi.
Dengan adanya jalan Trans-Papua maka itu akan membuka wilayah yang selama ini terisolasi. Akses untuk layanan sosial dasar, seperti, sembako, pendidikan, dan kesehatan akan lebih mudah dinikmati rakyat Papua.
Hal ini juga akan meningkatkan konektivitas antar daerah, sehingga mobilisasi manusia dan logistik semakin mudah. Tentunya, ini akan mendorong laju perekonomian di daerah.
Di sisi lain, adanya pembangunan jalan juga untuk mengurangi ketimpangan antar wilayah, juga meningkatkan pemerataan pembangunan di Papua yang selama ini dipinggirkan.
Sebagai warga negara kita sangat bangga dengan kemajuan pembangunan seperti di atas. Dengan begitu, kita bisa menatap optimis masa depan bangsa di kemudian hari.