tanpa sebuah pesan dan penjelasan.
Aku, wanita yang  kau nikahi dulu, seperti seonggok sampah yang kau tinggalkan.
Tahukan kamu, anak yang kamu banggakan itu, lahir dari sampah ini.
bagaimana aku bisa memaafkanmu? bagaimana aku bisa untuk berpikir kembali masuk ke rumah itu? sementara kau pun sudah menjadi lawanku.
Selama kita menikah, aku tahu, karena kamu lah mereka diam terhadapku. mereka tak suka pada ku sejak awal.
Baiklah. setiap ibu rela melakukan apapun demi anaknya, sekalipun itu membakar jiwanya dan menjadi hancur.
aku ingin anakku bahagia, walo aku tak tahu kamu bilang apa kepadanya tentang dimana aku, terserah padamu lah itu.
Aku tidak akan merampas dia, karena itu aku meminta kamu untuk mengantarkannya padaku. aku tidak ingin jiwanya terluka karena melihat orangtuanya memperebutkan dia.
tapi tentu kamu tidak akan pernah mau, karena dia lebih berharga daripada seonggok sampah ini.
dia adalah masa depanmu, dan aku hanyalah masalalumu.
Akan ku coba untuk iklas kehilangan anakku, walau tetap darah ku lah yang mengalir, membawanya lahir kedunia ini, nyawaku lah yang menjadi taruhan kelahirannya.