Mohon tunggu...
Panrita
Panrita Mohon Tunggu... Lainnya - Suara, kata, dan nyawa.

Bila ingin berkenal lebih jauh, baca tulisan-tulisan ini. Tidak kurang dan lebih.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nafkah

8 April 2020   05:21 Diperbarui: 8 April 2020   05:21 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Biasanya di penghujung sesal
Sering tercipta sebagai makhluk paling hina -- lemah tiba-tiba
Tidak ada yang menghendaki atau berdoa tentang ini.

Ruh seperti istri yang menuntut sesuatu
Membabi buta perkataanya kepada jiwa
Sehingga tak jarang retak jadi hiasan hati.

Begitu miskinnya diri,
Harus nafkahi asap astral
yang perlahan tidak betah
di selasar pendopo raga.

Sehingga, makin lama --
makin harus berkerja; dengan-Nya. 

Panrita

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun