Rembulan kian meninggi namun mata masih saja tak mau terlelap dalam gemuruh kipas angin aku masih saja setia menatap monitor telepon genggam sementara malam sudah habis sepertiganya. hampir setiap malam aku lakukan dan bahkan malamku habis tanpa sebab. Sesekali aku menatap langit-langit ruangan 23 berbentuk segi empat itu dengan pikiran melesat jauh di penuhi rindu kadang juga kesal bahkan bingung juga. Kamu kemana?sibuk? Atau lupa kalau aku ada? Atau sudah ada yang bisa membantu mendengarkan keluh kesahmu?
Dari langit biru merona sampai merah saga kamu tak kunjung berkabar Kemarin fine-fine aja, heran deh kadang datang tiba-tiba kadang hilang tiba-tiba juga, kamu lupa atau sengaja lupa bukannya aku sudah bilang kalau punya keresahan hati atau lagi sedih bahuku stay ada untukmu.
Keresahan hati ini selalu menghantuiku di setiap malam bukankah kau juga tau itu kalau aku punya rasa sama kamu dan aku yakin kamu punya perasaan yang sama denganku, ayolah jangan buat hatiku berkeringat dengan kelelahan yang kamu buat untukKu yang terus menarik ulur dugaan cintamu padaku.
Aku tak akan seresah ini kalau kamu tidak pernah mengatakan rindu padaku tapi kata itu aku saksikan dan dengarkan langsung darimu menjadi suatu tanya besar bagiku dan kamu memintaku untuk memaafkannya karena tiba-tiba mengatakan itu, mungkin di hadapanmu aku mengiyakan itu tapi dalam hatiku menjerit akan kenapa begitu?kenapa kamu sebut kata itu?, Kalau memang kamu tidak betul-betul untuk membuka hati untukku jangan sebut kata beracun itu lagi hatiku sudah cukup lemah untuk menerimanya.