Mohon tunggu...
Lansky Aulia W. M.
Lansky Aulia W. M. Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Hobi mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pemasaran Influencer Memberikan Dampak Negatif yang Lebih Besar Daripada Dampak Positif

6 Agustus 2025   12:06 Diperbarui: 6 Agustus 2025   12:06 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perkembangan ekonomi digital di era modern telah melahirkan berbagai bentuk strategi
pemasaran yang revolusioner. Salah satu strategi yang kini mendominasi adalah pemasaran
berbasis influencer. Influencer marketing memanfaatkan individu yang memiliki pengaruh
besar di media sosial untuk mempromosikan produk atau jasa kepada audiens yang luas.
Secara kasat mata, strategi ini tampak efektif dan efisien. Namun, dalam sebuah kegiatan
Forum Group Discussion (FGD) yang melibatkan roleplay dari berbagai peran masyarakat
konsumen, pelaku usaha, pemerintah, dan akademisi mengemuka sebuah mosi: Pemasaran
influencer memberikan dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positif. Melalui
simulasi peran ini, masyarakat diajak memahami secara menyeluruh dampak sosial-ekonomi
dari praktik pemasaran influencer. FGD ini menjadi ruang reflektif atas ketidakseimbangan
antara kebutuhan ekonomi dan dampak sosial yang ditimbulkan dari strategi pemasaran
berbasis figur publik digital.
Dampak Negatif Pemasaran Influencer
1. Konsumerisme yang Tidak Terkontrol
Peran masyarakat sebagai konsumen dalam FGD menunjukkan bahwa influencer
kerap mendorong perilaku konsumtif berlebihan. Dengan strategi soft-selling yang
halus dan persuasif, mereka menciptakan ilusi kebutuhan baru terhadap produk yang
sejatinya tidak mendesak. Dalam jangka panjang, ini berpotensi mengacaukan
stabilitas keuangan individu dan memperbesar beban kredit rumah tangga.
2. Distorsi Nilai Ekonomi
Pihak akademisi dalam roleplay mengangkat isu penting: pemasaran influencer
cenderung mengaburkan nilai intrinsik sebuah produk. Produk yang sebenarnya
memiliki kualitas biasa-biasa saja dapat melejit hanya karena dipromosikan oleh figur
populer. Hal ini menciptakan distorsi dalam struktur harga dan menggeser prinsip
ekonomi rasional ke arah ekonomi berbasis persepsi. Produk lokal dengan kualitas
tinggi bisa kalah bersaing karena tidak memiliki "endorser" ternama.
3. Meningkatan Kesenjangan Sosial dan Digital
Pemeran pemerintah dalam FGD menyoroti dampak sosial dari tren ini, terutama
dalam memperlebar kesenjangan digital. Influencer umumnya hadir dari kalangan
masyarakat yang sudah memiliki akses teknologi dan jaringan luas. Ini menyisihkan
kelompok marjinal dari peluang ekonomi digital. Selain itu, pemasukan besar
influencer seringkali tidak sebanding dengan kontribusi produktif terhadap ekonomi
riil, yang berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial.
4. Minimnya Etika dan Regulasi
FGD juga mengangkat fakta bahwa banyak influencer yang tidak memiliki
pemahaman mendalam terhadap produk yang mereka promosikan. Mereka bahkan tak
jarang memasarkan produk ilegal, berbahaya, atau tidak sesuai standar kesehatan,
seperti suplemen tidak bersertifikasi, produk skincare berbahaya, atau investasi
bodong. Lemahnya regulasi dan pengawasan memperbesar risiko kerugian konsumen.
Dampak Positif yang Tidak Dapat Diabaikan
Meski mosi ini menitikberatkan pada dampak negatif, FGD juga memberi ruang untuk
mengeksplorasi sisi positif pemasaran influencer:
1. Efisiensi Promosi UMKM
Roleplayer pelaku usaha memaparkan bahwa pemasaran influencer memberi peluang
besar bagi UMKM untuk menjangkau pasar lebih luas dengan biaya yang lebih
terjangkau dibanding iklan konvensional.
2. Peluang Ekonomi Baru
Influencer marketing membuka banyak lapangan kerja baru di bidang digital
marketing, konten kreator, manajemen media sosial, dan desain grafis.
Namun, perwakilan masyarakat dalam FGD tetap menekankan bahwa manfaat ini bersifat
parsial dan tidak selalu merata, terutama di daerah dengan keterbatasan infrastruktur digital.
Rekomendasi Kebijakan dari FGD
Dari hasil diskusi dan roleplay berbagai peran masyarakat, disepakati beberapa solusi untuk
meminimalisir dampak negatif dari pemasaran influencer:
1. Regulasi Ketat dan Sertifikasi Influencer
Pemerintah perlu mengeluarkan regulasi khusus terkait etika pemasaran digital dan
mewajibkan sertifikasi bagi influencer profesional. Ini akan membantu menyaring
konten promosi yang menyesatkan.
2. Edukasi Literasi Digital kepada Masyarakat
Literasi digital penting agar konsumen tidak mudah terpengaruh dan mampu
membedakan antara promosi yang objektif dan manipulatif.
3. Pemberdayaan UMKM Berbasis Lokal Tanpa Ketergantungan Influencer
Pelatihan digital marketing berbasis komunitas bisa menjadi alternatif agar UMKM
tidak bergantung pada jasa influencer yang mahal.
4. Transparansi Konten Berbayar
Platform media sosial harus mewajibkan label "konten sponsor" secara jelas agar
audiens tidak merasa tertipu.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil FGD, mosi bahwa pemasaran influencer memberikan dampak negatif yang
lebih besar daripada dampak positif mendapat dukungan kuat. Meskipun strategi ini
menciptakan peluang ekonomi baru dan memperkuat brand awareness, dampak negatif yang
muncul, mulainya dari konsumerisme berlebihan, distorsi nilai produk, hingga minimnya
etika pemasaran, menjadi isu serius dalam ekosistem ekonomi digital. Tanpa pengawasan
ketat dan edukasi menyeluruh, tren ini justru bisa menggerus stabilitas sosial dan keadilan
ekonomi. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang sadar dan kritis, perlu adanya sinergi
antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan konsumen dalam mengawal praktik
pemasaran influencer agar tetap berada dalam koridor etika, keadilan, dan keberlanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun