Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Salam Receh Berkah di Akhir Tahun

31 Desember 2020   07:09 Diperbarui: 31 Desember 2020   07:15 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Receh adalah artinya bukan dimaksud uang receh, tapi hanya sebuah istilah. Recehan biasa dikenal sebagai sesuatu hal yang kurang bernilai, sama ibarat uang receh yang tidak memiliki nilai lebih bagi banyak orang. Maka dari itu, jika kamu mendapatkan lontaran kalimat 'Receh Banget Sih!' atas apa yang kamu tunjukkan ke orang lain (pikiran atau gagasan), berarti orang tersebut menilai hal yang kamu tunjukkan itu sama sekali tak punya nilai. Baca: ini.

Bagi seorang karyawan yang bekerja di perusahaan, minggu akhir bulan menjadi saat yang dinanti karena tiba waktunya menerima gaji. Menerima gaji bisa memiliki banyak arti bagi seseorang, misalkan bagi seorang ayah maka ketika ia sudah menerima gaji ia bisa dengan bangga mengajak anak-istrinya makan di restoran favorit keluarga, atau jika masih single bisa mengajak pacarnya untuk weekend ke tempat wisata yang sedang hits. 

Demikian pula jika seorang wanita karir menerima gaji, banyak hal yang kemudian bisa ia lakukan, mulai dari perawatan diri, menabung, membeli pernak-pernik hiasan rumah, bahkan jika ia berjiwa sosial tinggi ia bisa konsisten bersedekah untuk sesama.

Beberapa tahun bekerja di perusahaan membuat istri saya menikmati siklus tersebut, bekerja sebulan lalu mendapatkan gaji setelahnya. Semenjak menikah dan pindah domisili ia masih sempat bekerja dalam dua tahun, namun karena ingin memiliki momongan maka kami sepakat agar ia resign dan saya saja yang bekerja. Rahmat Tuhanlah yang akhirnya membuat keluarga kami lengkap dengan hadirnya putra-putri yang istimewa dan menyukakan hati kami. Keluarga menjadi dinamis dan sempurna.

Sebagai mantan karyawan sebuah perusahaan retail besar, istri saya ternyata mewarisi semangat usaha mandiri. Sehingga beberapa usaha pernah ditekuni mulai dari membuat pernak-pernik aksesoris wanita, kios pulsa, mendirikan usaha laundry, dan hobi membuat puding mata sapi yang kemudian di jual ke toko kue.

Saya sebagai suami bertindak sebagai tim hore untuk menyemangati istri, juga sebagai pemodal ketika istri membutuhkan dana untuk modal usaha. Dari situ saya belajar mengamati sepak terjang istri dalam membangun usaha kecilnya, dan ternyata benar tidak mudah membangun usaha, bahkan usaha super mikro sekalipun. Selain butuh konsistensi dan daya tahan pada usaha pokok, ternyata masalah mengelola karyawan juga rumit. 

Misalkan usaha laundry-nya yang sudah berjalan masuk tahun ke tiga, dengan tiga mesin cuci front loading, dua mesin pengering, dan dua orang karyawan sangat lancar menggerakkan bisnis ini, dengan pelanggan puluhan orang. Agar karyawan loyal dan betah bekerja maka ia memutuskan karyawan diberi fasilitas sepeda motor yang boleh dibawa pulang untuk keperluan pribadi. 

Asumsi ini berjalan lancar dalam tiga tahun, namun karena permasalahan keluarga akhirnya karyawan resign. Tidak berpangku tangan, istri saya kemudian mencari tenaga pengganti dengan memasang iklan baris seperti awal pertama kali membuka usaha ini. Dan mudah memang mendapatkan karyawan baru, tapi sayang tidak ada yang bertahan lama. Akhirnya usaha ini terpaksa ditutup dengan kesepakatan kami berdua.

Lama berlalu, dan masuklah kami ke tahun 2020. Tahun ini adalah tahun pandemi, dimana banyak usaha yang terdampak sehingga harus tutup. Memang beberapa usaha tertentu justru mendapatkan berkahnya, tetapi sebagian besar yang lain banyak yang harus gulung tikar atau bertransformasi ke bentuk lain untuk memperpanjang umur. Derasnya informasi di dunia maya membuat kami banyak belajar, dan salah satunya adalah tentang bisnis digital. 

Mungkin terlalu high jika saya mengatakan bisnis digital apalagi meminjam diksi para konsultan bisnis yaitu membangun aset digital, jujur kami hanya belajar jualan online dengan platform gratisan. Dan yang dijualpun bukan barang-barang mahal dan berkelas seperti sepeda dan aksesorisnya yang bernilai jutaaan bahkan puluhan juta. Barang-barang yang dijual adalah kebutuhan rumah tangga yang sebenarnya sudah lama ada dan dipakai oleh banyak orang. 

Hanya saja kali ini dengan sentuhan inovasi yang lebih mempermudah dalam penggunaan, penyimpanan, kepraktisan, dan juga keindahan. Contohnya adalah centong nasi. Centong nasi konvensional biasanya diletakkan diatas piring kecil dimeja atau diselipkan pada tutup rice cooker. 

Bertahun-tahun hal ini menjadi kebiasaan dengan kelemahan yaitu centong nasi dalam keadaan terbuka sehingga  mudah dihinggapi lalat atau dikerumuni semut. Sampai akhirnya muncul produk baru, centong nasi inovatif yang memiliki wadah tertutup dari bahan plastik bening yang bisa membuka dan menutup sendiri karena sistem mekanik sederhana, sangat praktis digunakan. Tentu saja ibu-ibu senang dengan produk ini, simpel namun membuat anak-anak dan suami aman dan nyaman saat mengambil nasi untuk makan karena lebih higienis.

Distributor memerlukan banyak reseller agar bisnis bisa berjalan, maka peluang kerjasama ini menjadi momentum emas dimasa pandemi. Pembeli cukup di rumah, barang akan didisplay melalui status WA, IG, FB dan sebagainya. Jika barang sudah dipilih, selanjutnya cukup transfer biayanya, dan tinggal tunggu barang datang. Nah memanfaatkan platform gratisan di dunia maya inilah yang kemudian menjadi pilihan istri saya yang dengan gembira berjualan online.

Memanfaatkan relasi pertemanan di berbagai kelompok sosial seperti grup wali murid, grup alumni, grup perumahan, dan sebagainya menjadi sarana efektif dalam menawarkan produk yang ia jual. Tentu saja tidak boleh asal posting di WA grup karena akan merusak suasana pertemanan. 

Wapri atau japri menjadi alternatif agar lebih privasi. Dan menariknya tidak semua teman istri saya semata-mata ingin membeli untuk digunakan sebagai keperluan pribadi, mulai ada satu dua yang ingin menjadi reseller. Waow jaringan bisnis mulai terbentuk secara alami. Tentu ini menumbuhkan harapan dan semangat baru untuk bisa semakin memperluas pasar dan menambah income.

Memang baru beberapa bulan aktivitas bisnis online ini dijalani, belum banyak penghasilan yang istri saya peroleh. Dibanding nilai penghasilan  dia dapatkan saat menjadi staf perusahaan retail waktu itu memang masih jauh. Bahkan bagi wanita karir lain misalkan kawan-kawan kami yang bekerja di perusahaan swasta atau yang menjadi ASN, atau beberapa relasi yang sudah sukses merintis usahanya menjadi perusahaan keluarga yang besar,  apa yang didapat oleh istri saya dari bisnisnya ini tergolong receh. 

Tapi tak apalah meski hanya receh penghasilan bersih yang ia dapat sudah bisa lebih dari satu setengah kali nilai upah minimum di kabupaten Sleman. Sebuah pencapaian yang menggembirakan bagi kami pribadi diakhir tahun ini, tahun pandemi yang penuh pergumulan hidup. Dan yang lebih penting adalah akhir tahun ini kami menutupnya dengan pelajaran bermakna bahwa ada usaha ada hasil. 

Keberhasilan membutuhkan proses yang panjang, maka kami belajar untuk gigih, terus berkreasi, membangun kepercayaan dan relasi. Karena dari situlah rejeki itu datang, sesuai ketetapan hukum alam yang sangat kami syukuri dalam pencapaian sederhana di penghujung tahun ini. Salam receh..salam berbagi inspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun