Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menangani Bencana Kekeringan dan Kebakaran dengan "Spirit Mbah Sadiman"

22 September 2019   19:27 Diperbarui: 23 September 2019   19:06 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Sadiman (sumber:news.detik.com)

Apa yang dilakukan Mbah Sadiman di Dusun Dali, Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah adalah sebuah contoh karya nyata yang dilakukan oleh tetua bijaksana yang bekerja senyap selama 20 tahun lebih sejak 1996 sampai saat ini. Puluhan ribu pohon ditanamnya terutama pohon beringin yang akhirnya menghijaukan kembali lereng Gunung Lawu selatan di wilayah Wonogiri, Jawa Tengah.

Alam tidak pernah berkhianat, hukum alam berlaku dengan sempurna, puluhan ribu pohon yang ditanam diterima tanah dengan sukacita, dan ketika musim kemarau panjang melanda alam tidak pernah berhenti membuka mata air-mata air disekitar pepohonan yang tumbuh dengan rindangnya, mata air yang tak putus berhenti memberi kehidupan kepada setiap manusia, hewan dan tetumbuhan yang ada disekitarnya.

Mbah Sadiman bukanlah sosok terpelajar, namun kebijaksanaan hati bukan didapat dari bangku sekolah, tetapi dari sekolah kehidupan yang membuatnya mengerti bahwa alam harus dijaga keseimbangannya.

Tidak layak manusia hanya menuntut, mengambil, bahkan menguras hasil alam tetapi tidak mau memberi kebaikan kembali kepada alam, melestarikan alam, merawat dengan memberi sentuhan manusiawi kepadanya.

Seandainya teladan pemikiran dan perbuatan Mbah Sadiman ini dicopy-paste oleh setiap warga masyarakat di Indonesia ini maka tentu saja tidak akan ada lagi masalah berat yang tidak bisa ditanggulangi ketika musim kemarau panjang melanda negeri ini.

Demikian pula tidak perlu kuatir akan terjadi bencana tanah longsor dan banjir yang biasanya membinasakan puluhan jiwa manusia ketika musim hujan tiba.

Namun nampaknya banyak diantara kita yang dikaruniai untuk hidup di atas bumi Indonesia ini belum belajar dari kebodohan di masa lalu. Tidaklah diingat lagi sejarah kelam tahun 2014 satu desa lenyap terkubur dengan ratusan penduduknya di Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, atau banjir tahun 2018 yang menewaskan puluhan jiwa di Tanah Datar, Sumatera Barat, dan tidak jera pula dengan ratusan korban nyawa akibat banjir bandang di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat di tahun 2010.

Sekarang api dan asap pekat melanda Sumatera dan Kalimantan, siapa yang peduli dan turut bekerja memadamkan apinya?

Sebagian besar hanya menonton di TV yang terkadang membuat narasi provokasi, atau asyik membaca beritanya di medsos sambil menyeruput kopi tanpa rasa simpati, yang lain sibuk mencaci-maki Jokowi yang dianggap tak mampu menanggulangi padahal ia sendiri sudah turun tangan ke lokasi bersama seluruh perangkatnya.

Ada juga kecewa dengan pemerintah yang dianggap tidak maksimal dalam memadamkan api namun tidak menyadari bahwa ada ribuan polisi dan tentara, BPBD, Basarnas, Tagana dan ormas-ormas berjibaku menjalankan perintah Sang Panglima Tertinggi untuk memadamkan api.

Mereka juga harus ikhlas menghirup pekatnya asap yang turut menyesakkan dada mereka, bahkan sanksi siap menanti jika api tetap tak berhenti.

Jika bukan tenaga yang kita sumbangkan, kita bisa donasikan dana, jika tidak ada dana kita bisa kasih dukungan moral bagi mereka para pejuang pemadam api, jika itu pun tidak bisa kita lakukan masih ada jalan dengan mendoakan, masakan berdoa saja kita tidak mampu, berdoa yang baik bagi saudara-saudara kita di sana dan bagi semua upaya pemerintah dan masyarakat agar mendapatkan ridho Illahi.

Betapa jahatnya perbuatan para pembakar lahan dan hutan ini, sama jahatnya dengan para komentator yang hanya bisa omong tanpa berbuat apapun, demi kepentingan sendiri tega mengorbankan jutaan masyarakat terdampak penyakit sesak nafas, bagaimana dengan kaum rentan yaitu para manula dan balita yang akan mudah meninggal dunia karena tak sanggup lagi menahan pekatnya asap yang masuk ke dada mereka.

Betapa wajah bangsa kita menjadi cibiran negara tetangga, bahkan dunia internasional karena perbuatan sekelompok orang yang egois dan jahat. Sungguh tak layak perilaku ini ada, bahkan di pikiran kita manusia Indonesia yang terkenal religius ini.

Akankah alam murka sekiranya tidak ada penyesalan dan perbaikan pikiran dan perilaku kita?

Betapa ngeri jika alam murka, sungguh kita bukan siapa-siapa. Kaum rohaniwan, para guru dan tetua, para pemimpin, para birokrat, para teknokrat, dan semua lapisan masyarakat hendaklah terbuka mata hatinya, lihatlah Mbah Sadiman di lereng Gunung Lawu yang bekerja senyap selama lebih dari 20 tahun untuk kebaikan alam.

Tak sanggupkah nurani kita untuk memutuskan meniru teladan sosok sederhana ini agar tidak terjadi lagi pembakaran lahan dan hutan?

Spirit Mbah Sadiman adalah memayu hayuning bawana yaitu memperindah keindahan dunia baik secara harafiah dengan memperbaiki lingkungan yang rusak maupun memeliharanya agar semakin indah dan memberi manfaat timbal-balik, demikian pula dalam dimensi spiritual manusia juga harus memelihara dan memperbaiki lingkungan spiritualnya. 

Bukankah sangat nalar bahwa orang yang memiliki kehidupan spiritual yang baik akan memancarkan kebaikannya kepada sekitarnya yaitu lingkungan yang berisi sesame manusia, binatang, tanaman, tanah, air, dan sebagainya.

Manusia tidak mungkin lepas dari lingkungan, itu sebabnya para tetua bijak sering menasehati agar manusia tidak semena-mena dan berbuat tanpa kendali sehingga merusak alam. Alam tidak pernah berkhianat, selalu mengembalikan apa yang diterimanya, berikan kebaikan kepada alam sehingga alam pun akan memberikan kebaikan kepada kita.

Jangan hanya melihat ke atas dan berdiam, tapi berbuatlah kebaikan untuk lingkungan sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun