Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Petugas Pembawa Teks Pancasila Saat Sekolah, Membanggakan, Tahu!

1 Juni 2020   16:51 Diperbarui: 1 Juni 2020   17:19 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelek- jelek begini,saya pernah menjadi petugas pembawa teks Pancasila loh! Dan itu tak mudah!

Pertama,semua mata pasti akan tertuju pada saya,dan itu bikin gugup. 

Kedua jalan menuju  pembina upacaranya kan enggak gampang!

Kaki kanan kedepan,berarti tangan kiri ke belakang,kaki kiri ke depan,ya tangan kanan ke belakang. 

Kalau tangan kiri dan kaki kiri sama arahnya akan jadi seperti robot jadinya. Kalau sudah begitu,pasti teman-teman yang jadi peserta upacara cekikikan dan kekhusyuannya terganggu.

Ketiga,saat memberikan naskahnya juga harus hati-hati,jangan sampai jatuh. Lalu sembari nunggu pembina upacara membacakan teks proklamasi saya akan berdiri dekat pembina upacara. Duh rasanya semua mata memandang saya. 

Takut salah pakai baju,takut kancing lupa di pasang,atau takut rambut berantakan.

Rasanya waktu pembacaan teks pancasila lamaaa sekali ketika kita grogi.

Pembina upacara akan membacakan lalu diikuti peserta upacara  termasuk saya tentunya

"PANCASILA" kata pembina

"Pancasila"  peserta upacarapun mengikuti

"SATU"pembina upacara melanjutkan

"Satu" peserta upacara kembali mengikuti

"KETUHANAN YANG MAHA ESA"

"Ketuhanan yang Maha Esa"

"DUA"

"Dua.."

"KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB"

"Kemanusiaan yang adil dan beradab"

"TIGA"

"Tiga"

 "PERSATUAN INDONESIA"

"Persatuan Indonesia"

"EMPAT"

"Empat"

"KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN"

Nah bagian sini sering terjadi kesalah pahaman.  Peserta salah mengikuti,dipikirnya pembina upacara akan memotong  sampai hikmat kebijaksanaan, makanya mereka langsung berbunyi padahal pembina upacara tak berniat memotong bunyi sila ke empat, sehingga saat peserta upacara bersuara, pembinapun sama bersuara dengan isi teks berbeda.

Dan terakhir 

"LIMA "

"Lima"

"KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAK INDONESIA" tutup pembina upacara

"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" sambar peserta upacara.

Begitu beres membaca sila ini legalah saya,segera memainkan kaki dan tangan untuk mengambil naskah Pancasila dan kembali ke posisi awal.

Meskipun selalu mendebarkan saat melakukannya tapi selalu kecanduan membawakannya. Di saat teman-teman ogah saya selalu bilang iyah,kalau kebagian lagi.

Saya selalu bangga membawakan teks Pancasila seperti halnya saya tetap  bangga memiliki Pancasila.

Sebuah buah pikir dari para Negarawan yang menjadi identitas bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun