Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

[Fiksi Ramadan] Hilal yang Turun dari Kubah Mesjid

23 Mei 2020   11:25 Diperbarui: 23 Mei 2020   11:20 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hilal telah tampakkah di sini tadi?" Tanya Mak Inot pada gerombolan anak-anak yang sedang ngongkrong di lapangan bola.

"Belum Maaaak!" Jawab mereka kompak. Maklum sebelumnya mereka lagi latihan jadi pemandu sorak pertandingan sepak bola antar kampung yang dilaksananan nanti habis lebaran. Pas Mak Inot bertanya,pas mereka  selesai menyamakan nada.

Mendengar jawaban anak-anak itu Mak Inotpun segera berlalu dengan sedikit kecewa.
Langkahnya kembali terburu-buru.

"Ibu- ibu ada yang lihat Hilal?"tanya Mak Inot pada emak-emak yang sedang asyik mengerubuti tukang sayur.

"Kok cari Hilal sih Mak, enggak cari daging ayam buat besok diopor aja?"tanga Mang Azib sang tukang sayur.

"Ah kalau belum lihat Hilal saya  enggak akan beli apa-apa dulu!" Jawab Mak Inot sambil berusaha tak melihat barisan bahan makanan yang menggodanya di gerobak sayur.

Duh,sebenarnya hati emak-emaknya berteriak untuk memborong semua. Dia belum menyiapkan apapun untuk lebaran.

"Saya sih belum lihat Hilal hari ini!" Jawab Bu RT yang sedang asyik mencari cabe merah  keriting yang rada lurus untuk bumbu sambel goreng kentang.

"Saya juga belum lihat tuh!" Sambung Neng Elin yang sedang bingung membedakan Jahe dan Lengkuas. Maklum emak-emak fresh graduate  ,baru menikah seminggu yang lalu. Keahliannya baru sampai membaca resep.

" Gitu ya, ya dah deh saya pamit dulu mau cari Hilal!" Pamit Mak Inot karena merasa semakin tak kuat menahan gelora belanja.
Mak inotpun segera berlalu.

"Jam segini dah nyari hilal!" Protes Bu Miha yang merasa terganggu dengan kedatangan Mak Inot tadi. 

Terganggu karena perbuatannya dalam menyembunyikan cabe rawit ilegal karena ga bilang-bilang gagal dilakukan gara-gara posisi Mak Inot tepat di belakangnya hingga mata mang Azib seperti mengarah padanya.

"Kepagian ya!"samber Bu Tiwa yang lagi nyari-nyari recehan buat beli terasi. Rasanya sayang merecehkan 100 ribuan demi terasi gopean.

Mak Inot kembali menyusuri jalanan mencari Hilal. Dia masih berharap bisa menemukan Hilal secepatnya.

Lapangan sudah dikunjungi. Jalan- jalan besar sudah dilewati tinggal mesjid yang belum dimasuki.

Harapannya menemukan Hilal di mesjid sangat besar. Semoga ada Pak Ustadz yang melihat Hilal sehingga dia bisa kembali ke rumah dan mempersiapkan Lebaran

Ya,Pak Ustadz kan ilmunya lebih tinggi dari warga biasa. Pasti dia selangkah lebih maju dalam menemukan sesuatu,termasuk Hilal.

Mesjid sudah di depan mata. Mak Inot segera masuk. Diedarkannya pandangan menyapu dalam mesjid. Berharap bisa menemukan sosok  Pak Ustadz yang bisa ditanyai.

"Nyari siapa mak?" Tiba-tiba terdengar suara Pak Oded, marabot mesjid.

"  Pak Ustadz ada di dalam?"tanya Mak Inot .

" Pak ustadz lagi pulang dulu, nanti juga datang lagi," jawab Pak Oded yang masih asyik menyemprot desinfektan sana-sini.

Kalau besok Lebaran,maka rencananya warga akan sholat Ied di mesjid. Meskipun Pak Oded tak setuju karena dia masih merasa kondisi belum aman untuk berkumpulnya masa.

"Duh,ga da ya?"mak inot menundukkan muka tampak kecewa.

"Kok malah nyari Pak Ustadz Mak?"

"Iya pak,saya ada perlu..!

" Maksud saya,kenapa Mak Inot nyari Pak Ustadz bukannya  nyari Hilal?

"Loh,kok Pak Oded tahu saya lagi nyari Hilal?"

"Ya iya lah saya tahu,ayo saya tunjukkan di mana Hilal!"

"Emangnya Pak Oded bisa lihat Hilal?"tanya Mak Inot tak percaya.

Dia mengikuti langkah Kaki Pak Oded. Pak Oded melangkah menuju lantai 2 mesjid diikuti Mak Inot.

Mak Inot nampak senang karena pencarian Hilalnya menampakkan hasil.

"Noh mak, tuh Hilal!" Tunjuk Pak Oded ke arah atas  kubah mesjid.

Mak inot mengikuti arah telunjuk Pak Oded. Diapun terbelalak sesaat kemudian.

"Hilaaal! Itu beneran Hilal?" Tanya Mak Inot setengah berteriak tak yakin.

" Eh ,emak..!iya ini Hilal! Hilal lagi ngelap kubah mesjid. Besok lebaran, aku pengen lihat kubah ini mengkilap mak!" Terdengar teriakan dari seorang anak lelaki berusia 10 tahunan di dekat kubah mesjid.

"Dari habis shubuh Hilal disitu mak,saya dah larang dia,tapi dia keukeuh pengen bersihin kubah katanya!" Kata Pak oded.

"Hilal,turun !"teriak Mak Inot khawatir.

"Belum selesai Mak!" Jawab Hilal.

"Hilal,turun dulu!" Tiba-tiba terdengar suara berwibawa milik Pak Ustadz dari arah belakang.

"Kamu ngapain bersihin kubah segala ?"tanya Mak Inot dengan  khawatir.

" Kata Pak Ustadz amalan Ramadan akan berlipat ganda pahalanya,kalau Hilal membersihkan Kubah Mesjid,pasti pahalanya lebih berlipat lagi!" Teriak Hilal tetap dalam semangatnya.

"Luar biasa Hilal,kamu memang anak sholeh,tapi amalan kan bisa yang lain, enggak usah repot-repot bersihin kubah, membantu emakmu misalnya!" Kata Pak Ustadz.

"Bukannya membersihkan kubah pahalanya akan lebih tinggi pak Ustadz,kan posisinya lebih tinggi!"  Tanya Hilal masih dari atas.

"Besar Pahala ada tidak dinilai dari ketinggian tempat, yang penting keikhlasan kamu,makin ikhlas makin besar pahalanya!" Ceramah pak Ustadz.

"Gitu ya Pak Ustadz?"tanya Hilal meyakinkan

"Iya,ayo turun!biar membersihkan  kubah oleh Pak Oded aja!" Suruh Pak Oded.

Hilalpun turun. Emaknya lega.  Setelah pamit pada Pak Ustadz idolanya,ia meninggalkan mesjid bersama Emaknya.

Meskipun lelah mencari Hilal seharian,namun Mak Inot tak Memarahi Hilal.
Dia bangga Hilal mau melakukan hal yang tak biasa meskipun berbahaya.

Sambil terus melangkah pulang Mak Inot menatap dalam-dalam Hilal,anak laki-laki semata wayangnya yang tak pernah tahu rupa Bapaknya.

10 tahun lalu bocah itu lahir tepat setelah sidang isbat selesai,dan Hilal dinyatakan tampak di berbagai tempat sebagai pertanda esok harinya adalah hari Raya Idul Fitri.

Pikirannya yang mumet karena ditinggal oleh suami sebelum hari kelahiran membuatnya tak punya ide nama lain untuk bayi yang dilahirkannya selain Hilal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun