"Air wedang buat bikin gula,"sambil mengaduk adik bungsu dari Ibu mertua saya itu menjawab.
"Oh,yang dari air lahang itu? Dimasak berapa jam ?"saya penasaran
"Yaaa bisa 2-3 jam lah tergantung banyaknyya lahang yang di didihkan ,nih mau air wedangnya?"
"Wah,kayaknya enak nih,ya mau dong Bi,"jawab saya. Saya memang seseorang yang pantang menolak pemberian wk wk wk.
Bibipun mengambilkan gelas. Segera dituang air wedang ke gelas. Meskipun saya sudah tak kuat ingin menyeruput namun air wedang masih terlalu panas.
Sore sudah menghampiri. Tak lama malampun menggantikan hari. Ikan goreng panas, baru kami nikmati sebagai makan malam. Sesuai perkiraan,nikmatnya sesuai dengan yang dibayangkan. Makannya kembali ramai-ramai.
Apalagi yang nikmat selepas makan selain tidur? Karena kalau perut kenyang entah mengapa mata suka ingin terpejam. Namun jika malam langsung dilewati dengan tidur rasanya kok sayang jauh-jauh pergi ke sini.
Kebetulan rumah panggung yang kami tempati setahun sekali ini biasa ditempati oleh sepupu sesekali. Lumayanlah minimal sebulan sekali meskipun satu atau dua hari di akhir minggu rumah ini berpenghuni.
Nah sepupu ini rupanya sengaka memasang ayunan di luar rumah. Mungkin dia biasa melewati malam sambil merenung di ayunan ini. Bisa juga memandangi bulan dan mengagumi bintang mungkin. Semilir sngin malam membuat mata terkantuk pastinya . Dan suami saya mencoba kehebatan ayunan ini dalam menina bobokan si bungsu. Dan ,yups sepertinya berhasil. Si kecil diantarkan ke kamar sudah dalam keadaan terlelap.