Mohon tunggu...
Langit
Langit Mohon Tunggu... -

Aku ingin berjalan seiring, bukan digiring.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Critical Situation

13 November 2018   16:15 Diperbarui: 13 November 2018   16:32 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berdehem sesekali untuk mengurangi rasa tegang ketika harus membacakan keputusan yang dapat berpotensi menyebabkan keributan ini.

"Selanjutnya, kira-kira pukul 20.00, jemputan mobil akan segera datang. Karena mobil ini tipe sedan, jadi hanya cukup untuk dua orang saja. Silahkan Luqman sekeluarga naik mobil ini. Kalian akan diantarkan hingga penginapan di kota. Pertimbangannya adalah kondisi Kevin yang memiliki asma, dan juga pesawat mereka yang akan terbang pukul 07.00 besok."

"Lalu bagaimana dengan kami?" tanya Anggi dengan cemas.

"Tenang, motor itu akan tiba disini lagi dalam 30 menit setelah mengantarkan Kanaya. Setelah itu giliranmu naik. Bagaimana?" Jawabku mencoba meyakinkan.

"Umm okay" Anggi menghembuskan nafas lega.

"Setelah Anggi, giliran terakhir adalah Fred. Kau tidak keberatan kan Fred?" tanyaku.

"Tentu tidak, aku akan sangat malu bila berdebat dengan nona-nona ini. Terlebih lagi ini bukan pertama kalinya aku berada di hutan malam hari." Jawab Fred sambil tertawa. Suasana jadi sedikit lebih ceria berkat tawa Fred.

Tiba-tiba terdengar suara motor dari kejauhan. Kulihat wajah para rombongan nampak senang. Suara motor itu mungkin terlihat seperti oase di tengah padang pasir bagi mereka. Aku bergegas keluar dari minibus untuk memberi tanda pada penjaga hutan agar tau letak kami. Kuarahkan senter hp ke arah langit agar dia bisa melihat cahanya. Tak berselang lama, motor itupun tiba di minibus kami.

"Kanaya ayo segera bersiap, motornya sudah tiba" ucapku dari luar minibus sedikit berteriak.

Kanaya segera keluar, dan langsung naik keatas motor.

"Bang, bensin di pondok ada stock kan?" tanyaku kepada si penjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun