Mohon tunggu...
Langit
Langit Mohon Tunggu... -

Aku ingin berjalan seiring, bukan digiring.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Critical Situation

13 November 2018   16:15 Diperbarui: 13 November 2018   16:32 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba Lukman bersuara. "Lalu bagaimana nasib kita sekarang? Selain itu keluargaku harus flight jam tujuh besok".

"Apakah kita aman?" Prita bertanya dengan nada cemas.

Aku segera mengambil alih. "Tenang.. tenang.. Semua dalam kendali. Seperti yang sudah kita ketahui tadi, rekanku sudah dalam perjalanan menuju kemari. Jadi saat ini langkah terbaik yang dapat kita lakukan adalah berkumpul menjadi satu disini agar aman."

"Maaf kak.. apakah masih lama jemputan itu datang? Aku sangat takut gelap.." keluh Kanaya.

"Lebih baik kita nyalakan saja satu senter hp supaya kita memiliki lebih banyak cadangan. Simpan hp milik pak Lukman untuk cadangan terakhir karena batrenya yang paling banyak. Kau tidak perlu cemas Kanaya." Jawabku.

"Selain itu, Anggi, tolong kau jaga kawanmu si Kanaya."

Anggi hanya mengangguk.

 Sebenarnya yang membuatku cemas adalah si Kevin. Aku takut asmanya kambuh dalam situasi seperti ini. Kuhampiri bu Prita dan pak Lukman.

"Bagaimana kondisi Kevin?" tanyaku.

"Sampai saat ini dia masih baik-baik saja. Dia hanya agak ketakutan.." jawab ibu Prita.

Kulepas jaket parasutku. "Kevin, pakailah ini. Akan semakin dingin ketika malam tiba." Ucapku sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun