Hari-hari kami lalui seperti biasa. Karena besok hari Minggu maka kami pulang sekolah ini langsung kumpul di rumahku untuk genjreng2 gitar seperti biasanya. Hanya Alfi yang pulang dulu ke rumahnya untuk ambil gitar. Putra ga ikutan kali ini karena dia harus les sore nanti.
"Kita masak mie aja ya?" tanyaku sama anak2 Rendevu.
"Apa aja lah, yang penting makan. Laper nih" jawab Atma sambil elus2 perut.
Kami pun masak mi dan telur dadar, maklum ibuku hanya masak pas2an untuk kami sekeluarga.
"Pake nasi makannya biar kenyang, nanti sore biar ibu masak nasi lagi" tawar ibu saat melihat kami berkumpul di meja makan.
"Iya bu" anggukku sambil terus mengunyah.
Selesai makan, kami pun segera ke kamarku. Karena masih kekenyangan jadi belum ada yang nyentuh gitar. Aku pun menyalakan radioku, di saluran Elita yang memutar lagu-lagu Indonesia.
"Elita ini ya, lagunya Indonesia semua" tanya Ahmad padaku.
Aku mengangguk pelan.
"Suka dengerin Momea juga?" tanya Ahmad lagi.
"Lumayan suka. Tapi paling suka Elita karena Indonesia semua lagunya. Kadang denger Suara Pesona Indah juga" terangku.
"Iya, aq juga suka dengan ketiga stasiun radio itu" ujar Ahmad.
"Ya aku juga seneng denger radio, suara penyiarnya bagus2, lagu yang diputer juga lagu2 yang sedang hits. Lumayan buat ngilangin suntuk" kali ini Atma yang berkomentar.
"Iya, mending denger radio, kalo nonton tv suka rebutan sama yang lain, kakek dan ayahku tontonannya berita, ibuku sinetron, paling hari Minggu pagi aku bisa bebeas nonton dari Doraemon sampe Dragonball" lanjutku membandingkan TV dan radio.
"Hahaha tontonan kita sama ternyata" sahut Alfi.
Yang lain mengangguk setuju.
Radio jadi salah satu hiburan berarti di tahun 90 an ini. Walau ga seperti tahun2 sebelumnya yang ada sandiwara radionya tapi acara yang ada sekarang cukup variatif, selain muterin lagu kadang penyiarnya juga kasih info tentang penyanyinya. Radio juga masih muterin acara berita. Kalo ketemu radio dengan penyiar yang kocak kadang mulut ini ampe pegel ketawa. Ada juga acara jual beli barang, ucapan selamat ulang tahun sampe acara blind date dimana penelepon mencoba cari pasangan dengan menyebutkan ciri2nya, pasangan seperti apa yang dia mau dan terakhir dia kasih nomor teleponnya untuk dihubungi.
Ada juga acara horor yang isinya cerita horor dari penyiar dan pendengar yang menelepon.
"Eh sebentar lagi ada lagu baru tuh yang mau diputer, pasti asik tuh untuk diulik" ujar Alfi.
"Aku rekam ya" jawabku sambil mengambil sebuah kaset kosong untuk merekam lagu tersebut.
"Wah iya ya enak juga kalo direkam gini, ga perlu capek2 beli kaset, karena kadang di satu kaset lagu yang hits hanya beberapa aja" ujar Alfi lagi.
"Iya mending di rekam, nanti bisa diputer saat mau ngulik" terangku.
Kami pun mendengarkan lagu2 hits saat itu sambil mengomentari lagu tersebut, baik liriknya maupun komposisi lagunya. Pokoknya udah kayak musisi jago aja, padahal amatiran semua. Sambil mendengar radio, Alfi dan Ahmad mencoba mengiringi dengan gitarnya, aku dan Atma pun sesekali ikut bernyanyi.
"Oya, kalian tau Ahmad Band? Band nya Ahmad Dhani, ada Pay dan Bongky mantan Slank, sama Bimo" tanyaku ke yang lain.
"Iya, bintang semua tuh isinya, tapi lagunya lebih nge-rock dari Dewa 19" tukas Alfi.
"Kira2 bertahan lama ga band nya menurutmu, Ran?" tanya Ahmad padaku.
"Band nya mungkin bertahan, tapi kalau personelnya bisa aja ada perubahan nanti. Tau sendiri lah, mereka musisi2 hebat, jago buat lagu, skill musiknya juga luar biasa, pasti ego nya juga tinggi" jawabku sedikit beranalisa.
"Iya juga sih, aku juga ragu sih mereka bisa bertahan" Ahmad mengamini pendapatku.
"Makanya cari personel band tu jangan yang terlalu jago dan ga egois, kayak aku" timpal Atma.
"Hahaha kalo kita mah amatiran, jauh banget dari kata jago. Tapi ga tau kedepannya ya" jawab Alfi.
"Sayang ya Putra ga bisa dateng hari ini, padahal kita banyak ngobrolin musik" ujarku.
"Iya, dia sih jarang ngunpul2 gini, tapi kalo latihan di studio dia yang paling semangat. Kalo ngumpul gini dia bingung lah mau gebukin apa" jawab Atma.
"Gemukin kamu lah" tawa Alfi kencang.
Kami semua pun tertawa, kecuali Atma yang masih bersungut2.
Radio menjadi saksi keseruan kami siang itu, kami benar2 menikmati siaran radio sambil sesekali merekam lagu yang kami suka. Entahlah kalo tak ada radio, mungkin referensi musik kami ga seberapa, karena untuk beli kaset tentunya harus menyisihkan uang jajan terlebih dahulu. Lewat radio kami bisa mendengar berbagai lagu, baik baru maupun lawas. Lagu dari berbagai genre, baik pop, rock atau alternatif. Baik lagu2 band maupun penyanyi solo. Terkadang lagu luar pun kami dengarkan walau jujur kadang susah menyanyikannya dan ga tau artinya.
Di zaman itu musik Indonesia sangat variatif, ada genre ska dan punk yang mulai disukai. Musik rap juga makin ramai, ga hanya Iwa K, tapi juga ada Denada dan grup2 rap lainnya yang punya lagu hits. Grup2 vokal pun juga mulai bermunculan, ga hanya trio libels atau elfa's singer aja. Itu mah angkatan ayah dan ibu kami. Muncul grup vokal seperti ME dan Warna, kemudian band PADI juga mulai dikenal dengan tembang sobatnya, ada Naif dengan Mobil balap nya, Glen dengan Cukup Sudah nya, Alda dengan Patah Jadi Dua hingga Menghitung Hari nya Krisdayanti. Gigi pun mulai keluarin hits Terbang nya. Lagu2 itu selalu mewarnai hari2ku yang kudengarkan dari radio.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI