Seiring waktu berjalan Fajar sudah menjadi anak dewasa yang sudah waktunya untuk mengembara di dunia kampus, ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah yang sudah lama di idam-idamkan olehnya terlebih orang tuanya, sebab mana mungkin orang tuanya mampu membayar biaya kuliahnya, kalaupun mampu kemungkinan akan meminjam uang ke sana ke mari terlebih dahulu.
Masuk ke Universitas Negara adalah idaman Fajar sejak SMP bahkan sampai-sampai ia terus mencari info bagaimana cara masuk ke sana dengan melihat kondisi yang sekarang. Guru per-guru ia tanya mengenai cara ke sana dengan kondisi yang sangat belum tentu mampu secara finansial untuk masuk universitas.Â
Ada yang mengatakan "Fajar cukup sampai SMA aja membantu orang tua di rumah, kasihan beliau nanti akan kesepian". Sebagaian lagi ada yang mengatakan "Bagus Jar, Lanjutkan! Bapak selaku gurumu sangat senang memiliki murid yang semangat,"
*
Hiruk pikuk kampus ternama dan idaman banyak orang banyak sekali kegiatan yang dijalankan, mulai dari kegiatan belajar, organisasi asli kampus serta yang bukan dari kampus menjadikan diri seolah masih belum apa-apa dibandingkan melihat apa yang dilakukan oleh para senior yang sudah memiliki pengalaman dan wawasan luas.
"Apa aku bisa?" Tanya Fajar kepada hatinya ketika baru masuk, ternyata impian menjadi kenyataan dengan berbagai tumpang tindih masalah yang tak pernah bisa dihindari. Semangat tekad kuat menjadikan aku bisa sampai sini sekarang.
"Mereka semua pasti memiliki berbagai fasilitas untuk belajar, kamu orang biasa yang tidak punya apa-apa, kamu akan kalah Jar," Setelah bertanya ke hati, ada sebuah bisikan merasuk ke dalam hati Fajar. Seketika itu juga tanpa diundang ada sebuah ingatan yang sudah lama sekali dari perbincangan orang tuanya muncul. "Apa ini, ya? Maksud dari bapak kalau selesainya pekerjaan dengan bantuan orang lain berbeda, ternyata sebaik apapun aku memikirkan masalah sekarang akan tetap saja, kata bapak kalau ingin menyelesaikan ya usaha,"
"Kuncinya aku harus usaha, memang aku tidak memiliki fasilitas seperti mereka yang mampu namun aku harus mampu untuk menyelesaikan ini dengan baik,"
Terbayang wajah orang tua ketika lelah payah setelah mencari nafkah, teringat juga motivasi dan guru-guru yang bangga akan cita-cita dipilih ini.
Atmosfer kampus sungguh sangat ketat, kekurangan finansial bukan menjadi penghambat Fajar sebab ia telah ditempa secara langsung oleh sekolah kehidupan untuk kuat berkreativitas dan inovasi dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan.
*