Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku Sang Saksi Bisu

19 September 2020   17:24 Diperbarui: 19 September 2020   17:27 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

DI minggu selanjutnya, kau sama sekali tak datang. Sejenak aku menanti kedatanganmu. Merasa aneh memang. Merasa ada yang hilang sungguh. Hingga aku tiba di rumah, kulihat sudah ada sebuah kardus besar berwarna coklat. 

Takut-takut aku mendekat. Aku menemukan sebuah catatan kecil di atasnya. "Ini untukmu, aku tahu buku-buku yang sedang kau cari. Maaf aku tak bisa memberikannya secara langsung." --Penguntit

Hah gila memang, dia mengakui dirinya sendiri sebagai penguntit. Akhirnya aku memboyong kardus itu ke dapur dan membukanya di sana untuk memastikan isinya. Isinya benar-benar buku. Setidaknya aku agak percaya padamu karena isinya benar buku. Untung saja kau bukan penguntit sekaligus penipu.

Hari berganti, aku kembali menjalankan rutinitasku di kampus. Hingga saat itu dimana aku terlalu fokus dengan buku dalam genggamanku, aku membalik setiap lebarannya sambil berjaran menuju kelasku. Entah sengaja atau kebetulan tapi aku menabrak seseorang.

Lantas aku meminta maaf sebelum melihat siapa yang kutabrak, begitupun ia. Sekitar kita hanya menjadi saksi bisu saat itu. Ternyata itu kau, Sang Penguntit. 

Aku merasa bersalah sehingga aku memutuskan untuk menerima keadaanmu dan tak lupa berterimakasih untuk setumpuk buku yang kau berikan, Sejak saat itu kita jadi sering berbincang tentang buku yang kita baca, juga tak jarang kita berdebat hanya soal teori yang masing-masing percayai. Seperti biasa kami kemudian selalu berbaikan setelahnya. 

Kenyamanan kemudian menyapa. Hampir segala hal dalam pikiran saling kita bagi. Saat itu aku semakin mengenalmu Sang Penguntit yang bukan orang jahat. Tempat favorit kita jelaslah perpustakaan, setelahnya kita selalu pergi ke kantin untuk sekadar membeli es krim coklat favorit kita bersama. 

Yang paling mengherankan, sampai saat ini kami bahkan tak saling mengenalkan diri. Ini sungguh tak biasa, bercengkrama dengan orang asing bukan gayaku tapi aku bisa menerimanya. Hey! Apa aku mulai nyaman dengan orang lain? Ya jelas, aku tak mungkin menolak orang baik untuk masuk ke dalam hidupku, meski mereka adalah orang aneh.

Kau tahu, aku kemudian punya pandangan lain tentang dunia dan manusia setelah bercakap dalam denganmu. Kau pernah katakan padaku bahwa anggaplah manusia adalah buku yang mungkin di halaman-halaman kau membencinya, namun ingatlah bahwa masih ada halaman selanjutnya yang perlu kita baca yang munkin kita cintai. Ya setidaknya itu menghilangkan arogansi yang meradang dalam diri bahwa aku tak perlu kehadiran manusia lain dan tak memerlukan keberadaan mereka.

Setelah mengakrabkan diri sekian lama akhirnya kita sering bersama membahas ini itu tiba-tiba kau menghilang, tak pernah datang, tak ada kabar. Aku terlampau khawatir tentang apa yang terjadi padamu. Namun nihil, tak ada satupun yang mengenalmu. Bisa jadi tak ada yang mau buka suara tentangmu.

Hingga 5 tahun berlalu. Aku melanjutkan hari-hariku seperti biasa, sendiri. Bercumbu dengan buku. Bersemedi di perpustakaan. Membeli es krim coklat kesukaanku. Semuanya seperti biasa, namun ada yang janggal. Ada rindu yang semakin menggelayut di hati. Segala tentang buku mengingatkanku padamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun