Fisika sering kali dianggap sebagai pelajaran yang penuh rumus, sulit dipahami, dan kurang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun, pandangan itu coba diubah oleh dua mahasiswa Lantip 5 Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Semarang (UNNES), Aulia Maharani dan Laelie Ima Safitri, saat melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PLP) di SMAN 13 Semarang tahun 2025.
Keduanya menghadirkan inovasi baru berupa Modul Ajar Fisika dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) materi Medan Listrik berbasis Etnosains, yang diterapkan di kelas XII F1 dan XII F3. Modul ini tidak hanya mengajak siswa memahami konsep medan listrik secara abstrak, tetapi juga menelusuri keterkaitannya dengan fenomena budaya dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Misalnya, siswa diajak menghubungkan prinsip kelistrikan dengan tradisi, peralatan, maupun praktik lokal yang akrab di sekitar mereka.
"Pendekatan ini membuat siswa lebih mudah memahami karena mereka bisa menghubungkan fisika dengan hal-hal nyata yang ada di sekitarnya. Jadi tidak hanya sekadar rumus, tetapi ada makna di baliknya," ungkap Aulia Maharani.
Respons siswa pun sangat positif. Selama proses pembelajaran, mereka menunjukkan antusiasme lebih tinggi, aktif bertanya, berdiskusi, serta mencoba memahami hubungan antara etnosains dengan sains modern. Menurut Laelie Ima Safitri, pembelajaran menjadi lebih hidup. "Anak-anak tidak lagi merasa fisika itu sulit. Dengan etnosains, mereka bisa melihat bahwa ilmu yang dipelajari di sekolah juga dekat dengan keseharian mereka," tuturnya.
Melalui implementasi dan ujicoba di kelas, modul ini tidak hanya membantu siswa memahami materi, tetapi juga melatih keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Capaian tersebut menjadi kebanggaan tersendiri, tidak hanya bagi Aulia dan Laelie, tetapi juga bagi SMAN 13 Semarang serta Program Studi Pendidikan Fisika UNNES.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan keberanian mencoba hal baru, pembelajaran bisa menjadi lebih bermakna. Pendekatan etnosains membuka peluang besar untuk mengaitkan ilmu pengetahuan modern dengan kearifan lokal, sehingga peserta didik tidak hanya belajar sains, tetapi juga semakin mengenal budayanya sendiri. Inovasi seperti ini patut diapresiasi dan terus dikembangkan di sekolah-sekolah lain agar pembelajaran fisika menjadi pengalaman yang menyenangkan, membumi, dan penuh makna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI