"Ah, bohong. Lihat tuh muka temennya udah gelap," ucapnya meledek teman kami. Tawa kami pun pecah karena sang nelayan yang menyadari perbedaan raut muka teman kami.
Tak terasa, kami sudah berada di laut selama empat jam, dan sekarang saatnya kembali. Bagi kami, kerang ijo yang terkumpul terlihat sangat banyak. Namun, ternyata para nelayan berpendapat beda. "Ini mah masih sedikit, biasanya perahu penuh dari ujung ke ujung, ini kan cuma setengahnya. Biasanya cuma dua jam juga udah balik kita, ini kan lama, kerangnya pada jelek." ujar salah satu nelayan itu.
Mendengar jawabannya, saya terkagum dengan penghasilan warga Kampung Dadap Baru setiap harinya. Berpuluh-puluh perahu berlayar, beratus-ratus keramba apung tertanam di laut, berkilo-kilo kerang terkumpul tiap hari, tetapi tidak habis-habisnya kerang ijo di lautan. Warga Kampung Dadap Baru sangat konsisten dalam menjaga dan membudidayakan kerang ijo menjadi identitas wilayah tersebut, baik sebagai penghasil, maupun pengolah utama kerang ijo di wilayah Kabupaten Tangerang.
Lelah? Memang. Amis? Tentu saja. Panas? Jangan ditanya. Namun, apakah itu semua sebanding dengan pengalaman yang saya dapatkan? Tentu saja, saya sangat bersyukur bisa memperkaya pengetahuan dari pengalaman ini, dan bertemu dengan warga Kampung Dadap Baru yang baik dan ramah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI