Â
Manusia seharusnya menyadari bahwa seluruh proses kehidupan ini bukan kebetulan semata. Ia adalah karya seni ketuhanan. Dan tugas kita adalah menggunakan seluruh anugerah ini untuk mengenal, menyembah, dan kembali kepada-Nya. Banyak ulama besar mengatakan, "Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya."
Pernahkah kita bertanya, mengapa manusia hidup, bisa mendengar, melihat, berbicara, memahami, memiliki pengetahuan, berkeinginan,dan memiliki kehendak? Bagi Sebagian orang, itu hanya soal anatomi: ada gendang telinga, retina mata, neuron, pita suara, otak besar, dan syaraf pusat.
Tapi bagi mereka yang menyelami hakikat tauhid, semua itu bukan sekadar fungsi biologis, melainkan pancaran dari tujuh sifat agung yang menjadi dasar keesaan Tuhan: Sifat Ma'ani Allah SWT. (sifat yang menunjukkan kesempurnaan kemampuan Allah dalam hal mencipta, mengetahui, berkehendak, mendengar, melihat, dan berbicara.)
Tujuh sifat Allah yang menjadi inti dari sifat wajib-Nya mewarnai kehidupan manusia sejak sebelum menjadi janin hingga saat kematian. Dalam pandangan tauhid, sifat-sifat ini bukan sekadar atribut Tuhan, tetapi juga menjadi jejak kekuasaan-Nya yang tercermin secara metafisik dalam proses hidup manusia.
Ini bukan bermakna manusia menyamai Tuhan, tetapi sebagai makhluk-Nya, manusia "dipinjamkan" sebagian manifestasi sifat-sifat itu dalam takaran yang sangat terbatas, sebagai bukti keagungan dan kemahakuasaan-Nya.
Tujuh Sifat Allah Dalam Kehidupan Manusia
1. Hayat (Kehidupan) -- Jejak Sifat Allah Yang Maha Hidup dalam Proses Awal Manusia
Sifat Hayat bermakna bahwa Allah Maha Hidup; Â hidup-Nya tidak bermula dan tidak berakhir, tidak tergantung pada apapun, dan tidak pernah mati. "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)." QS. Al-Baqarah: 255 (Ayat Kursi)
Sifat Hayat ini juga bermakna bahwa Allah adalah sumber segala kehidupan, termasuk kehidupan manusia. Tanpa izin-Nya, tidak akan ada kehidupan yang tercipta.
"Dia-lah Yang Maha Hidup, tiada Tuhan selain Dia..." (QS. Al-Baqarah: 255). Ketika ruh ditiupkan ke dalam janin di usia 120 hari, manusia mulai bergerak, merasa, hidup. Hayat Allah bukan hidup yang terbatas, bukan seperti makhluk yang lahir lalu mati. Tapi kehidupan mutlak, yang tanpanya tak ada satu pun yang bisa hidup.
Sejati memang manusia hidup tapi hakekatnya kehidupan itu pemberian, bukan miliknya. Maka ketika jantung berdetak, itu bukan hanya kerja sistem kardiovaskular. Itu adalah tanda bahwa hidup itu hadir karena izin Yang Maha Hidup.