Sementara sabun mandi Dove, dengan emotional Branding "Real Beauty"Â mengangkat narasi untuk dijual dengan konsep, "Kecantikan tidak terbatas pada standar model iklan, Setiap Wanita itu cantik."
Dalam konsep komunikasi periklanannya, alih-alih focus pada kandungan sabun, Dove menciptakan narasi yang menggugah tentang penerimaan diri dan kecantikan alami.
Ini mengubah persepsi pasar dan menciptakan hubungan emosional mendalam dengan konsumen. Hasilnya: pertumbuhan penjualan hingga lebih dari $4 miliar secara global dalam beberapa tahun.
Lain halnya dengan smartphone Apple yang mengusung emotional branding "Think Different" mengangkat narasi untuk dijual dengan mengatakan "Apple bukan hanya teknologi. Ia adalah simbol bagi para pemikir bebas, seniman, dan inovator."
Apple tidak sekadar menjual komputer atau gadget, tapi menjual identitas dan gaya hidup. Dengan menarasikan Apple sebagai alat perubahan dunia (dengan kutipan: "The crazy ones..."), brand ini memposisikan produknya sebagai sarana ekspresi diri. Narasi ini menjadi fondasi bagi kebangkitan Apple di era 2000-an dan membentuk salah satu loyalitas pelanggan paling kuat dalam sejarah.
Industri Pariwisata, khususnya perhotelan, Airbnb membuat banyak terobosan komunikasi pemasaran dengan pendekatan emotional branding "Belong Anywhere" mengangkat narasi yang dijual dengan menyatakan, "Kamu tidak hanya menyewa kamar; kamu menemukan rumah, dimanapun kamu berada."
Airbnb membangun narasi tentang koneksi manusia dan rasa memiliki, bukan sekadar transaksi akomodasi. Mereka mempromosikan kisah tuan rumah dan tamu, membuat orang merasa menjadi bagian dari komunitas global. Ini menjadikan Airbnb lebih dari sekadar layanan booking; ia menjadi gerakan sosial dalam cara orang bepergian dan menjelajah dunia.
Di Indonesia, Indomie sukses membangun emotional branding "Rasa yang menghubungkan dan cerita lokal" Indomie bukan sekadar mi instan. Ia adalah rasa rumah, nostalgia masa kecil, dan kenangan kebersamaan.
Dalam komunikasi periklanan bertema narasi lokal, Indomie berhasil menanamkan makna emosional yang kuat di hati konsumen, terutama diaspora Indonesia.
Di luar negeri, Indomie jadi simbol kebanggaan nasional dan kenyamanan emosional. Penjualannya meledak di banyak negara; bukan karena harganya murah, tapi karena cerita yang dirasakan.
Dari sukses story yang dialami beberapa produk di atas, terlihat bahwa narasi atau cerita mampu memberikan dukungan emosional yang kuat untuk meningkatkan nilai jual produk bila ditempatkan pada posisi yang pas.