Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Jalur Kapal Pesiar Sungai Nil: "Misteri" Kuil Kom Ombo di Jalur Pelayaran Aswan-Luxor (2)

6 September 2021   17:45 Diperbarui: 9 September 2021   23:18 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuil Kom Ombo Menyimpan "Misteri" Dua Dewa Mesir Kuno (Dokumen Pribadi)

Dermaga Kom Ombo terlihat ramai hari ini. Ada dua deret jajaran kapal Pesiar Sungai Nil yang sudah terpakir rapih di dermaga. Kapal pesiar kami merapat di deretan kedua pada urutan nomor lima. Sehingga saat menuju dermaga kami harus melalui lobby beberapa kapal pesiar di depannya, yang pintu kanan kirinya terbuka sebagai jalur utama ke dermaga. Sungguh ini merupakan kerjasama luar biasa antara pengelolanya.

Dihadapan kami ada sebuah bangunan kuil besar. Kuil Kom Ombo. Yang sebenarnya didedikasikan untuk Dua Dewa, Yaitu; Dewa Sobek, Dewa Berkepala Buaya dan Dewa Haroerius - Horus, Dewa berkepala Elang. Kuil ini juga dikenal sebagai "Rumah Buaya dan Kastil Falcon". Kuil yang menyimpan "misteri" dua Dewa Kepercayaan Mesir Kuno.

Kuil dibangun pada masa dinasti Ptolemeus. Yang menyatakan dirinya sebagai Firaun Ptolemeus I pada 350 SM. Ia kemudian dikenal sebagai "Soter -- Juru Selamat". Orang Mesir kemudian menerima Ptolemeus sebagai penerus Firaun Mesir Merdeka. Dinasty Ptolemy berkuasa 320 tahun dan berakhir pada 30 SM saat ditaklukkan Romawi .

Kuil Kom Ombo Didedikasikan Untuk Dewa Sobek dan Dewa Horus (Dokumen Pribadi)
Kuil Kom Ombo Didedikasikan Untuk Dewa Sobek dan Dewa Horus (Dokumen Pribadi)

Semua penguasa laki-laki dinasty Ptolemeus menggunakan namanya sebagai gelar Firaun Ptolemeus I, II, III dst. Sedangkan Ratu yang berkuasa disebut Cleopatra, Arsinoe atau Berenice. Ratu terakhir yang terkenal adalah Cleopatra VII. Dikenal karena perannya dalam percaturan politik Romawi antara Julius Caesar dan Pompey. Juga perselisihan antara Oktavianus dan Mark Antoni.

Kematian disebabkan oleh bunuh diri Cleopatra VII, menandai berakhirnya kekuasaan Ptolomeus di Mesir yang ditaklukan Romawi. Yang merupakan Dinasty terakhir kerajaan Mesir Kuno.

Berdiri memandang bangunan besar dan megah dihadapan kami membuat semua peserta berdecak kagum. Bagaimana orang-orang dahulu membangun sesuatu yang indah dan besar tanpa teknologi modern seperti sekarang ini. Yang hebatnya, bangunan tersebut masih bisa kita saksikan hingga saat ini. Luar biasa!

Panas matahari pagi di sisi sungai Nil menyapa hangat kehadiran para penjelajah bumi Allah ini. Memberi semangat untuk memahami bagaimana sebuah ayat Al Quran mengatakan :

 QS. Ar-Rum [30] : 9

"Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri" (Terjemahan Kementrian Agama RI)

Karenanya dengan penuh semangat mereka mendengarkan semua informasi penting mengenai hal ini. Agar lebih bisa memahami apa yang dilihat saat ini yang akan bermanfaat untuk bekal akhirat nanti. Ini lah arti penting perintah Allah dalam banyak ayat-ayat Al Quran untuk berjalan dimuka Bumi-Nya yang maha luas.

Kedua kuil ini direkonstruksi kembali oleh Ptelomeus yang awalnya dibangun oleh Firaun sebelumnya, Amenophis I dan Tutmosis II lebih dari seribu tahun sebelumnya. Kuil Sobek didirikan hanya beberapa meter dari sungai Nil. Dikelilingi tembok tinggi mulai dari gerbang Ptolomeus XIII dan mengelilingi semua kuil, baik yang besar maupun yang kecil.

Kami mulai memasuki kuil yang memiliki halaman atau aula terbuka yang cukup luas. Di sisi selatan dibangun kuil yang diperuntukan bagi pemujaan Dewa Buaya, "Sobek" dewa kesuburan dan dewa penciptaan dunia, bersama Hathor dan Khonsu. Sobek digambarkan sebagai prajurit berkepala buaya yang memiliki kekuatan besar yang melindungi dan membasmi musuh-musuh Dewa Osiris.

Bangunan berdinding tinggi yang disokong oleh banyak "Collum" serta "Ceiling" di atasnya, tampak berdiri kokoh. Beberapa bagian Kuil tampak sudah tak utuh, bahkan ada yang sudah runtuh. Namun beberapa bangunan kuil yang lain, ada yang nampak utuh, sebagai hasil rekonstruksi kuil yang ditemukan hancur sebelumnya.

Hampir disetiap dinding kuil dilukis dengan karakter dewa dan tulisan Hieroglif Mesir Kuno.  Ada yang bercerita tentang sesuatu kejadian-peristiwa bersejarah; bacaan mantra pemujaan para dewa. Atau sekedar simbol penggambaran kekuatan sang Dewa.

Di sisi Utara dibangun Kuil untuk pemujaan Dewa Horus - Dewa berkepala Elang. Dewa Prajurit Surya pembasmi musuh-musuh Dewa Osiris yang memiliki sayap berupa cakram besi. Dengan kekuatan sayapnya yang dahsyat Horus melindungi dari roh jahat dan bahaya. Semua kehebatannya digambarkan di portal pintu masuk kuil.

Penggambaran mitos Dewa-dewi Mesir kuno ini sering menjadi inspirasi para pembuat film layar lebar. Salah satunya adalah "Gods of Egypt" yang dipasarkan mulai 25 Februari 2016 di Australia dan 26 Februari 2016 di Amerika Serikat. Juga sering ditampilkan ulang dalam film layar kaca TV belum lama ini. Film yang disutradarai "Alex Proyes" menelan biaya produksi $ 140.000.000 dan termasuk film Box Office karena mampu menghasilkan $ 150.700.000

Film yang dibintangi actor tampan, Nicolaj Coster-Waldau" berperan sebagai "Horus" yang merupakan personifikasi Dewa Falcon. "Gerard Butler", berperan sebagai "Set", Dewa Padang Pasir jahat yang ingin merebut kekuasaan kakaknya, Osiris dan menyatakan penduduk dunia harus bayar dengan harta untuk masuk ke alam baka. "Brenton Thwaites" actor muda yang berperan sebagai "Bek" pencuri mesir yang ingin menyelamatkan cintanya dan dunia dari "Set" Dan Actris cantik, "Elodi Yung" yang berperan sebagai "Hethor" Dewi Cinta dan kecantikan yang juga dulunya kekasih Horus.

Film "Gods of Egypt" yang plot cerita intinya menggambarkan perebutan kekuasaan karena iri, dengki dan cinta diantara para dewa-dewi yang hidup diantara manusia menurut kepercayaan Mesir Kuno ini, sangat menarik untuk dilihat filmnya. Sekedar mengetahui serba sedikit konsep kepercayaan Mesir Kuno pada zamannya. Film ini menerima 5 nominasi di Golden Raspberry Awards ke 37.

Poster Film Gods of Egypt (Dok.IMDb/Kumparan.com)
Poster Film Gods of Egypt (Dok.IMDb/Kumparan.com)

Di Kuil Kom Ombo ternyata tak memulu kita bicara tentang cinta para dewa, tetapi bisa juga kita bercerita tentang mengenang cinta masa muda. Beberapa peserta yang datang berkunjung dengan pasangannya sejak masih muda, istri atau suami tercinta, seakan menikmati saat-saat berdua. Berdua dengan orang yang dicinta.

Lelah melangkah mengekplorasi kuil dan mendengar banyak cerita, mereka duduk diantara batu atau collum besar penyangga. Berdua. Sambil mengenal masa-masa remaja. Bagaikan Galih dan Ratna dalam film Gita Cinta dari SMA. Tak Percaya? Ini foto mesra nya.

Mesra Di Usia Senja Bagaikan
Mesra Di Usia Senja Bagaikan "Galih Dan Ratna" Dalam Film Gita Cinta Dari SMA (Dokumen Pribadi) 

Yuk...kita lanjut lagi eksplorasi Kuil Kom Umbo. Lanjut Bang...? Lanjut....

Air sungai Nil dari dahulu hingga kini selalu turun naik. Kadang surut kadang meluap yang mengakibatkan banjir. Tergantung dari tingginya debit air yang meluncur dari muara sungai. Hebatnya orang dulu sudah punya teknologi sederhana yang sangat kreatif dan tepat dalam mengukurnya. Yang dikenal sekarang sebagai NiloMeter.

Di Kom Ombo ada sebuah lorong ke bawah yang sekan berbentuk sumur. Bangunan ini berfungsi untuk mengukur ketinggian air sungai Nil. Sehingga mereka dapat memprediksi apakah tahun ini air sungai Nil akan membantu panen dengan baik atau mengakibatkan masa peceklik. Atau untuk menghindari kemungkinan banjir akibat meluapnya air sungai Nil.

Teknologi berbentuk Situs bersejarah sejenis ini bernama Al Miqyas dalam bahasa Arab atau Nilometer. Bentuk yang lebih canggih ada di Ujung Selatan Pulau Rowdah, Cairo, Mesir. Lebih dari 5000 tahun ketinggian sungai Nil telah diukur oleh alat ini. Dan catatannya tersimpan selama 13 abad ini.

Sultan Abdul Malik pada masa Dinasti Umayyah membangun kembali Nilometer yang pertama kali dibangun pada masa para Firaun pada 715 M dan direnovasi oleh Khalifah Al-Ma'mun masa dinasti Abbasyah, pada 815 M. Namun hancur diterjang hebatnya banjir 35 tahun sesudah renovasi.

Nilometer yang ada sekarang ini adalah hasil karya Adbul Abbas Ibn Muhammad Ibn Kathir al-Farhani. Ilmuan Muslim dari Ferghana, Turkistan Barat yang dikenal sebagai Alfraganus oleh dunia barat. Dibangun pada 861 M di Pulau Rawdah atas perintah Al-Mutawakkil, Khalifah dari dinasti Abbasiyah.

11-6135e17001019067bd2312f4.jpg
11-6135e17001019067bd2312f4.jpg
Nilometer atau Al Miqyas dalam bahasa Arab yang berada di Pulau Rowdah, Cairo Mesir (Dok.arstechnica )

Kuil Kom Ombo didedikasikan untuk Dewa Sobek yang merupakan Dewa Kesuburan dan penciptaan dunia yang dipersonefikasikan sebagai Prajurit kesatria berkepala buaya.

Sehingga sejak dulu masyarakat setempat sangat menghormati buaya-buaya sungai Nil dan menghormatinya sebagai re-inkarnasi Dewa Sobek, Dewa Buaya.

Ekspresi penghormatan mereka akan eksistensinya buaya sungai Nil, dibuatlah Museum Buaya di samping kuil. Museum yang menyimpan banyak buaya yang diawetkan atau di mummi kan.

Bahkan ada yang telah berusi 2.500 tahun yang eksistensinya telah diteliti oleh Rijksmuseum van Oudheden. 

Mummi sepanjang tiga meter itu diperiksa dengan menggunakan CT Scan 3D. Ahli Mesir Kuno yang bekerja di museum memperkirakan bahwa buaya tersebut dimumikan bersama karena tradisi agama Mesir Kuno yang terkait dengan peremajaan dan kehidupan setelah kematian.

Mummi Buaya di Museum Kuil Kom Ombo (Dok.Wikipedia)
Mummi Buaya di Museum Kuil Kom Ombo (Dok.Wikipedia)

Hari semakin siang dan udara semakin panas saat kami selesai mengekplorasi hampir semua area Kuil Kom Ombo. Tanpa terburu-buru karena tak dikejar waktu, kami pun melangkah bersama kembali ke Kapal Pesiar.

Namun ada beberapa peserta yang "tersangkut", tertarik sesuatu, sekedar berbelanja. Karena ada cendramata yang menarik hatinya. Sebagai Tour Leader yang bijaksana, saya membiarkannya saja. Toh yang di beli bukan Mummi Buaya. Jadi biarkan saja mereka berbelanja! Suka...suka lah...biar senang hati mereka.

Ada dua agenda acara saat nanti group berada di Kapal Pesial menuju Edfu, destinasi wisata berikutnya dalam mengarungi pesona indah sungai Nil. Setelah makan siang group akan sholat berjamah di deck teratas sambil menikmati panorama indah di sepanjang jalur perjalanan Kapal Pesiar dari Aswan ke Luxor.

Dan malamnya berpartisipasi aktif dalam acara "Galabiya". Sebuah acara yang disiapkan pengelola kapal pesiar untuk semua peserta agar lebih dapat merasakan suasana Timur Tengah, Mesir khususnya. Semua peserta diharapkan mengenakan kostum khas Timur Tengah dan bergaya sebisa mereka. Terlibat dalam permainan sederhana yang membuat suasana gembira. Serta menyaksikan beberapa aktraksi budaya yang akrab dengan mereka.

Di setting di sebuah ruang tengah berbentuk aula di deck tiga, bersebelahan dengan ruang restauran. Beberapa kursi empuk dan nyaman sudah disediakan untuk mereka yang hanya ingin sekedar menyaksikan acara pertunjukan atau terlibat dalam acara permainan. Semua dipersiapkan untuk acara setelah makan malam. Pasti Mengasyikan!

Berkostum Timur Tengah di Acara
Berkostum Timur Tengah di Acara "Galabiya" (Dokumen Pribadi)

Semua Berpartisipasi Aktif Dalam Acara
Semua Berpartisipasi Aktif Dalam Acara "Galabiya" (Dokumen Pribadi)

Ada yang menarik pada acara Galabia ini. Seorang yang memang paling senang bercanda diantara peserta, dideklarasikan sebagai seorang "Raja". Raja saat malam Galabia ini saja. Diapit oleh para dayang-dayang yang cantik jelita. Kami memberi gelar namanya "Raja Salmon" (karena Beliau penggemar ikan Salmon sesungguhnya).

Beliau Yang Bergelar
Beliau Yang Bergelar "Raja Salmon" Dengan Para "Dayang-dayang Cantik nya" (Dokumen Pribadi)

Tingkahnya yang jenaka dan senyumnya yang ceria, juga lirikan matanya, apalagi saat muda, tentunya akan membuat gadis-gadis tergila-gila. Dengan gagah Beliau berfose di depan kamera, laksana raja sesungguhnya. "Hidup Raja Galabia" teriak serentak para peserta, "Hidup Raja Salmon" Dan... Kami semua pun tertawa gembira.

"Raja Salmon" Menjadi "Raja Galabiya" (Dokumen Pribadi) 

# Berlanjut di Pesona Pelayaran Kapal Pesiar Sungai Nil berikutnya,...EDFU ...ada apa di sana???

# Ikuti Kisah Perjalanan Sebelumnya di Kompasina "Pesona Jalur Kapal Pesiar Sungai Nil dari Aswan ke Luxor" (Bagian Pertama)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun