Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjadi Orang Hebat dengan Menulis, Catatan Kompasiana#BlogshopN5M Bandung

11 Maret 2012   07:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:13 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah istirahat sholat dan makan, acara dilanjutkan dengan materi dari Ahmad Fuady penulis novel best seller yang kemudian diangkat kedalam sebuah film yang kini sedang ramai di putar di bioskop-bioskop XXI, ya “Negeri 5 Menara”. Suasana selama pemaparan Kang Ahmad Fuady ini lebih hidup dan menarik, karena diselingi dengan tayangan potongan film N5M serta perjalanan hidup sebagai bagian dari proses kreatifnya dalam menulis. Saya akui bahwa materi beliau sangat Inspiratif dan bermanfaat.

Kang Ahmad Fuady mengeksplore bagaimana perjalanan dan philosofi dalam menjalani proses kreatifnya dalam menulis. Prinsip Why, What, When, dan How menjadi Kata Kuncinya. Pertanyaan prinsip Why? Mengapa kita menulis, merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang penulis. Luruskan niat, Suntikan stamina yang tidak putus, Mengapa saya menulis? Dengan satu jawaban utama “Berbagi kebaikan, member manfaat dengan menulis”. Pentingnya niat ini memiliki korelasi dengan energy besar spiritualitas sebagaimana menjadi tag nya novel dan fil Negeri 5 Menara “Man Jadda Wajada”. Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil. Kesungguhannya dalam menulis, diniatkan karena berbagi kebaikan dan kemanfaatan merupakan sebaik-baiknya manusia, termasuk orang yang hebat, sebagaimana ungkapan Kiai Rais dalam dialog di filmnya, “Bahwa orang hebat itu, bukan dia yang jadi pejabat, ketua partai, Tapi dia yang bisa member manfaat, meskipun harus mengajar anak-anak di kolong jembatan

Lalu kang Ahmad Fuady juga mengungkapkan “What” Apa yang akan kita tulis? Beliau member resep bahwa kita menulis tentang apa yang kita kenal, kita peduli, kita ketahui, dan sesuatu yang familiar. “Itulah Obat kuat tulisan” ungkap Ahmad Fudy. Jangan menulis yang kita tidak tertarik, carilah ketertarikan dan kepedulian kita masing-masing dalam menulis. Karena dengan itu akan memiliki rasa dan energy tulisan yang luar biasa dan berbeda.

Bagaimanakah kita menulis? How? Kekuatan refferensi yang bersumberkan pada Buku lainnya (buku, kamus, thesaurus), data foto yang dimiliki, diary dan catatan pribadi kita. Novel Negeri 5 Menara itu sumber datanya merupakan kisah perjalanan hidup sang Pengarang saat menjalani pendidikan di Pondok Modern Gontor, surat menyurat antara Ahmad Fuady dengan Ibunya di Padang, catatan kecilnya yang ditulis selama pendidikan disana, menjadi sumber primer, nyambungnya alur cerita dan kemasan rasa emosionalnya. Sehingga menjadi sebuah novel yang berenergi.

Kapan kita menulis “When”, Jika kita sudah masuk pada masa kekinian, maka menulis dengan menghadirkan kembali rasa masa lalu juga akan menarik. Yang penting keluarin saja, Cicil setiap hari, Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi Buku!, Manulislah seputar apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan. Jika kita sudah menulis dengan jumlah tulisan yang banyak, mengirimkannya pada penerbit, lalu ditolak, tak perlu berputus asa, karena sejujurnya penerbit itu butuh penulis, karena tanpa penulis, penerbit mau menerbitkan apa?, Tapi penerbit selalu butuh tulisan yang bagus. Boleh jadi ditolaknya tulisan kita oleh penerbit, karena mood editornya sedang buruk, sebab tak sedikit karya tulisan seorang penulis hebat, ketika di tolak oleh satu penerbit, lalu diterbitkan oleh penerbit yang lain, menjadi sebuah buku yang best seller. Menjadi Orang Hebat dengan Menulis itulah energy besar dari Kang Ahmad Fuady.

Di sesi terakhir, tibalah sosok yang saya tunggu-tunggu juga, Materi dari Kang Pepih Nugraha, pendiri Kompasiana yang asli Orang Ciawi Tasikmalaya, salembur dengan saya, tetangga Kecamatan. Saya hanya mengenal dari kejauhan, semenjak gabung di Kompasiana ini saja, saat beliau berkirim pesan untuk izin menghybrid tulisan saya tentang “Kiarajangkung, Kampung Miliarder WC Umum” ke Kompas.Com. Kang Pepih Ini juga menjadi sumber energy besar bagi saya dalam hal menulis, karena saya menganggap beliau sebagai “manuk” nya dalam hal tulis menulis. Lebih dari 25 tahun berkecimpung di Kompas, sebuah penerbitan Nasional terbesar dengan konsistensi independensi jurnalisme mainstream, ditengah godaan kepentingan Kapitalisme pemilik kerajaan media yang ada di republic ini.Sebagaimana melanda Group Media lainnya di Indonesia.


Dari Kang Pepih saya juga mendapatkan pencerahan, mengapa bertahan di Jurnalistik? Bahwa itu semata-mata karena panggilan jiwa, bukan karena materi. Meskipun begitu tokh Kang Pepih juga bisa sebagaimana Kang Ahmad Fuady, dapat menyaksikan tingginya 5 menara di dunia. Dan philosofinya ternyata sama, terus menulis, menyebarkan ilmu, member kemanfaatan.

Paparan seputar bagaimana menulis yang baik, teknik-teknik dan gaya penulisan, dengan menunjukan contoh-contoh dari berbagai karya novel sastrawan ternama, Sidney Sheldon, Ahmad Tohari, Pramudia Ananta Toer, Seno Gumira Ajidarma, Hingga Utuy Tatang Sontani.Saya melihat refferensi yang dibedah Kang Pepih, mencerminkan penguasaan yang luas akan lahapan bacaan-bacaan karya sastrawan, sehingga mampu menangkap hal-hak teknis dan kekhasan masing-masing penulisnya.

Karena menurut Kang Pepih, saat ini Menulis itu sudah menjadi dunianya Orang biasa, bukan hanya dominasi mereka yang berlabel wartawan atau apapun, Sehingga semua orang bisa dan bebas menulis, Asalkan jika berkeinginan untuk menjadi penulis yang hebat, maka menulislah sesuatu yang berkepribadian, berkarakter, dan berbeda.

Hmmmm..Blogshop N5M Kompasiana di Bandung Kemarin, benar-benar mendapatkan banyak berkah bagi saya. Tak menyesal rasanya, meskipun harus tuturubun subuh, berkejaran dengan waktu, menikmati kemacetan akhir pekan Paris Van Java. Hingga sampai kembali di rumah jam 3 Ahad pagi.

Selamat Menjadi Orang Hebat, Dengan Menulis! Man Jadda Wajada. Saha Nu Keyeng Tangtu Pareng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun