Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mayat yang Diarak

15 Februari 2018   07:00 Diperbarui: 15 Februari 2018   07:23 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: nationalgeographic.com

"Jampi-jampi yang kututurkan adalah doa. Doa kepada Tuhan. Bahkan doa itu jelas-jelas ada dalam kitab, hanya saja dilafalkan dalam bahasa daerah," ucap ayahnya ketika Kasimin mencoba mendebatnya. 

"Secara tidak langsung mereka telah menuhankan, Bapak. Mereka percaya yang menyembuhkan mereka adalah Bapak, tidak ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Itu praktek kemusryrikan," tutur Kasimin. 

Tidak lama Kasimin menempati rumahnya. Kondisi Marliang semakin hari semakin melemah. Hingga ia jatuh sakit selama beberapa bulan dan berujung kematian. Orang-orang mengaitkan kematian Marliang sebagai karma yang dikirim leluhur mereka lantaran mengabaikan seruan adat. Dan dosa-dosa Kasimin yang selalu menghalangi Ayahnya menjadi sanro.

Karena sudah geram diolok-olok warga. Kasimin meradang, ingin membungkam mulut-mulut mereka. Bahwa Marliang mati karena Tuhan menyayanginya. Tidak ada sangkut pautnya dengan tradisi mendarahi rumah. Kasimin ingin membuktikan omongannya kalau Marliang mati dalam keadaan tersenyum dan wanginya bak minyak kasturi. 

Sehingga malam ini Kasimin ingin menggali kubur istrinya. Lolongan anjing tak henti-hentinya mengiringi langkah Kasimin menuju pemakaman. Seolah anjing-anjing itu tidak membenarkan perbuatan nekat Kasimin. Begitu sampai di kuburan, anaknya yang malang itu, ia baringkan di dekat kuburan ibunya. Sedangkan Kasimin tengah melakukan penggalian kubur Marliang. Setiap mata cangkul menghujani tanah selalu diiringi lolongan anjing. Rupanya anjing-anjing itu membuntuti Kasimin hingga ke pemakaman. Mata mereka menatap penuh kebencian dengan kenekatan Kasimin.

Walaupun Marliang sudah tujuh hari berada dalam kubur. Tapi sekujur tubuhnya masih utuh. Wangi minyak kasturi masih tercium oleh Kasimin. Bibirnya masih menggoreskan senyum. Kasimin terisak mendapati istrinya seperti itu. Ia begitu haru, baginya Tuhan amat menyayangi istrinya. Itu yang ia ingin tunjukkan pada orang-orang . Telah salah kaprah perihal kematian Marliang. Kasimin membawa mayat itu ke rumahnya dan mereka tidur bersama-sama. 

Hari masih pagi, orang-orang dihebohkan dengan ulah Kasimin yang mengarak mayat istrinya dari jalan ke jalan. Walaupun begitu tetap saja tak mampu mengubah penilaian mereka. Yang tetap menganggap kematian Marliang adalah kiriman karma leluhur mereka karena mengabaikan  tradisi adat. Tentang mayat Marliang yang utuh dan wanginya bak minyak kasturi, bagi Kasimin itu adalah keajaban Tuhan. Sementara mereka menganggap Kasimin telah mengawetkan mayat istrinya.*** 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun