Mungkin awal kesalahannya adalah karena kedua orang tua kita berteman. Sedari lajang; hingga sekarang. Orang tuamu punya kau; orangtuaku melahirkanku, anak lelaki satu-satunya. Berusia 35-an dengan pekerjaan mapan; Â namun belum menikah. Itu masalah kata mereka. Hidupku tidak lengkap. Mau dibawa kemana; katanya. Mau jadi apa.
Mereka tidak pernah tahu atau sekedar bertanya  apakah aku baik-baik saja. Tentu saja iya. Apa yang salah dengan belum menikah? Aku menikmati hidupku sampai saat ini. Yang menjadikan ini masalah adalah mereka. Ingin punya cucu dan keturunan lebih banyak. Biar rumah jadi ramai seperti pabrik boneka. Baiklah, kita memang boneka mereka.
Disinilah kita berdua sekarang. Tiga bulan setelah pertemuan pertama, kita mengucapkan janji suci sehidup semati tadi pagi. Susah senang bersama, sehat sakit dilewati; bersama. Konyol memang. Bagaimana mereka meminta kita seperti itu? Senang menurut kita bisa saja memiliki arti berbeda, bukan? Melewatinya bersama?
 "Kau sungguh cantik malam ini."
 "Perasaanku tidak berubah, Ray. Aku tak mencintaimu. Mungkin takkan pernah bisa."
 "Itu tidak penting Irana. Kebahagiaan merekalah yang penting. Setidaknya hari ini."
"Kau benar.."
"Ayo, berbaringlah.. Kita akan buat boneka yang banyak malam ini. Setelah itu, silahkan jika kau ingin pergi."
                                                ***
-kupukupubelang-