Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Membandingkan Politik dan Kebijakan Energi Jerman dan Indonesia

22 Maret 2018   19:41 Diperbarui: 25 Maret 2018   00:47 4523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal rapatnya bukan hanya di 2 kali Coffee Morning lho tapi berhari-hari dan berjam-jam. Membuat banyak masyarakat Jerman termasuk saya, ikut penasaran dengan hasilnya, karena belum ada dalam sejarah Pemerintah Pusat Jerman terbentuk dari 3 koalisi, yang disebut Jamaika. 

Dari arah kebijakan energi dan lingkungan parpol di Jerman, SPD biasanya berkoalisi dengan Partai Hijau, karena kebijakan dan arah Kebijakan Energi dan Lingkungannya hampir searah. Sedangkan CDU dan FDP lebih mirip, sehingga tidak heran menggabungkan antara 3 partai untuk berkoalisi akhirnya berakhir gagal.

Kemudian, ganti koalisi dengan partai besar Jerman lain SPD, yang di pemerintahan sebelumnya jadi partner koalisi. Tapi SPD ini sejak sebelum Pemilu sudah gembar-gembor kapok berkoalisi dan akan menjadi oposisi saja bila nanti kalah Pemilu. Karena itu, CDU setelah Pemilu tadinya mau berkoalisi dengan 3 partai membentuk koalisi Jamaika (biasanya CDU berkoalisi dengan FDP saja tapi karena belum cukup jumlah suaranya maka mengajak partai Hijau juga). 

Eh setelah berhari-hari dan berminggu-minggu cari kesepatakatan gagal total koalisinya. Maka kemudian CDU berusaha mendekati SPD lagi, yang ogah-ogahan.

Eh ... setelah ada bujukan presiden Jerman, akhirnya SPD, dari ogah akhirnya mau juga berkoalisi dengan CDU. Seperti sudah bisa diduga, maka internal partai SPD jadi terpecah dan urusan menjadi panjang lagi. 

Tapi syukurlah, akhirnya selesai juga kerepotan ini dan sudah terlihat gelagat Kabinet dan Pemerintahan Baru Jerman akan segera terbentuk. Istilah orang Jerman untuk proses ini, ein schwerer Geburt, proses kelahiran yang sulit.

Kembali ke urusan energi, target Kebijakan Energi Jerman adalah tahun 2050 bauran pasokan listriknya 80% dari Energi Terbarukan dan tahun 2022 merupakan tahun terakhir produksi listrik bersumber dari PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) Jerman, jadi setelah itu Jerman akan bebas dari energi yang bersumber dari PLTN.

Target Kebijakan Energi ini tentu bukan urusan mudah untuk negara Industri seperti Jerman. Bagaimanapun pengganti listrik dari PLTN harus diadakan, padahal listrik dari PLTN, yang hampir selama 50 tahun mengisi bauran pasokan listrik Jerman, sampai tahun 2006 masih sebesar 30% lebih, kemudian terus berkurang sehingga tahun 2016 hanya tinggal 13% saja. Dari 17 PLTN yang ada, Jerman sudah menutup 8 PLTN.

Sementara bauran dari pasokan energi terbarukan untuk produksi listrik Jerman dari 15% lebih di tahun 2007 meningkat menjadi 33% di tahun 2016. Untuk itu, arah pemerintahan Jerman yang akan datang terutama ke arah kebijakan energi dan lingkungannya akan menjadi lebih menarik untuk disimak, karena tampaknya CDU banyak memberikan ruang gerak kepada SPD.

Konservasi Energi Jerman dan Indonesia

Berkecimpung cukup lama di dunia konservasi energi Indonesia dan Jerman terutama bangunan, saya bisa merasakan betapa sulitnya para pakar energi dan lingkungan Indonesia, yang memiliki idealisme, untuk menggerus lambannya geliat energi dan perusakan lingkungan di segala bidang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun