Mohon tunggu...
Kristopel yanto bora
Kristopel yanto bora Mohon Tunggu... Petani - Kata pikiranku adalah Tulisanku

Aku suka cara kopi yang menjadikan pahit sebagai kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seruan Rindu Masa Lampau

17 Januari 2020   01:02 Diperbarui: 17 Januari 2020   00:59 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepi lagi aku hari ini
Menanti terang akan datang
ketika gelap melanda sunyi
Aku terduduk sembari menatap
Apakah nanti aku masih punya waktu yang sama
Sekedar duduk merangkai kisah bersama ramainya canda dibalik cemo'ohan negeri yang sedang trauma yang tak habis habisnya akan gengsi tahta bertabur bising
Ahhhhh.......
Mungkin aku yang terlalu larut
Ataukah kalian yang tak mampu lagi ku rangkul
Dulu kita bersama
Dulu kita berperang
Dulu kita bermimpi
Namun saat ini mungkin itu hanya selembar tisu terbakar yang hilang termakan angin
Aku hampir lelah teman
Aku ingin berhenti
Aku juga punya janji yang harus kukerjakan
Namun aku ingat ini takan perna berakhir
Sekalipun kita tua
Ini takan perna berhenti
Tapi kenapa hadirmu seolah ini berhenti
Argggghhhhh........
Kuingin marah melampiaskan semua
Tapi pernakah kau pikirkan apa yang kurasakan saat ini
Aku sedih....sungguh sedih dan sangat sedih
Ragaku seperti tercoreng
Dadaku sakit
Ragaku terapit
Rohku terhimpit
Oh.......!!
Nalarku kian tak terarah ujungnya
Kini aku hanya seperti makhluk astral
Bolehkah kini aku menjumpaimu
Wahai malam
Ku rindu seruputan kopi itu
Kurindu kepulan asap itu
Ku rindu lingkaran yang tak hanya sekedar berhalusinasi memikir pagi
Namun berimajinasi melawan malam bertemu pagi
Bercerita soal cinta dan perlawanan kepulan asap nan menyerbu fajar
Ku rindu semua itu
Andai roda dunia mampu kuputar
Akan ku tarik ulur masa itu
Biar kita terus bercerita tanpa mengenal apakah pagi itu akan menjadi malam
Ataukah malam yang akan menjelma menjadi pagi tanpa kuketahui
Dan aku merindu rumah lama tempat kita di tempa dari besi kumuh reotan dan menjadi belati tajam laksana samurai
Terbentuk oleh kata dan bahasa rangkai bersama para leluhur tajir penuh pikir
Mungkin biarlah itu hanya menjadi rinduku dan hanya aku dan mereka yang berpikir soalmu
Karena aku tau sekarang walaupun kita terpisah raga kita masih tetap bersama dalam satu lingkar juang
Itulah peganganku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun