Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Mau Bilang Indonesia Milik Satu Agama?

19 Mei 2017   01:51 Diperbarui: 19 Mei 2017   02:17 3897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kemajemukan dalam bermasyarakat adalah nilai luhur bangsa Indonesia. Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-N1q-nozQTEo/U30NBuRQZuI/AAAAAAAABLg/ax3CXgMZC9w/s1600/kemajemukan.jpg"][/caption]

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adalah sebuah negara kepulauan yang tepat berada dari 95° BT sampai dengan 141° BT, 6° LU dan 11° LS. Dalam rentang sejauh itu, Indonesia dikelilingi Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Daratan Indonesia hanya 1.922.570 km², jika dibandingkan dengan lautan luasnya mencapai 3.257.483 km².

Negeri ini satu, mengklaim dirinya sebagai bangsa yang berdaulat. Pulau yang berbeda-beda tampaknya berbeda-beda isinya meskipun iklim dan musimnya sama (ada pun sangat sedikit berbeda). Dari segi fisik manusia, kita berbeda-beda dari Sabang sampai Merauke. Di Nanggroe Aceh Darussalam identik seperti Arab, sedangkan di Manado identik seperti Tionghoa, jelas ini sangat mencolok perbedaannya.

Siapa sangka perbedaan fisik juga berbeda pola pikir. Pola pikir tersebut tercipta dari kebiasaan dan seleksi alam, kita tahu di Jawa khususnya terkenal akan budaya sopan santun, budaya menanam padi, sedangkan di Papua mengenal budaya berburu hewan liar dan beternak. Dari hal seleksi alam tersebut menciptakan perbedaan yang signifikan.

Sejak Nusantara (kala itu) terbagi-bagi menjadi Kerajaan, penguasaan dan saling menguasai semakin gencar. Bahkan kita tahu bahwa kerajaan-kerajaan tersebut akhirnya bisa menguasai hingga di luar ekspektasi kita saat ini, yakni negeri Gajah Putih. Karena hebatnya, Nusantara menjadi daya tarik penjajah dan pedagang-pedagang dunia khususnya Arab dan Tionghoa.

Perbedaan antara suku lokal, bahkan pendatang sudah sangat lama dikenal di bumi pertiwi, seharusnya tidak lagi merupakan sebuah rasa kaget bagi bangsa Indonesia. Perbedaan sebesar dan perjuangan sebesar itu tidaklah mudah untuk menyatukannya. Tidak mudah mengatakan cinta tanpa melihat kelebihan dan kekurangan, belum lagi perbedaan. Indonesia sebagai negara besar bisa menunjukkan itu di mata dunia.

Suku dan budaya bisa berbeda, itu saja sudah sulit dan mungkin mengenalnya saja kita belum tentu tahu semua, bagaimana dengan agama? Agama di Indonesia ditetapkan bersama-sama dalam UU bahwa Indonesia mengakui 5 agama, yakni Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Hindu, namun seiringnya waktu Konghucu dimasukkan dalam deretan agama di Indonesia. Konghucu pada awalnya masuk dalam Budha atau Hindu, itulah mengapa sejarah mencatat bahwa Klenteng masa dulu dapat difungsikan sebagai Wihara, bahkan Pura.

Eksistensi keberagaman di Indonesia menjadi daya tarik dan membawa kedamaian bagi seluruh rakyat dan dunia. Siapa sangka? Presiden Soekarno juga memiliki mimpi untuk menjadikan sebuah tempat yang dapat menampung (menerima) seluruh bangsa di dunia, itulah Indonesia.

Indonesia sebagai negara berasaskan Pancasila sering kali dilencengkan oleh segelintir kelompok sebagai propaganda negara agama. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sila pertama dalam Pancasila. Dalam kalimat tersebut tersirat makna Tuhan yang satu bagi pemeluknya. Bagi setiap pemeluk agama, Tuhan adalah satu (Esa). Tetapi ada terlintas yang mengatakan Esa adalah satu di mata semua orang (satu agama, satu Tuhan, satu ajaran), argumen ini dikuatkan dengan pernyataan mereka dalam sebuah Piagam Djakarta yang disebut-sebut sebagai dasar mula Pancasila.

Coba kita menoleh ke belakang, Indonesia yang seluas ini, menyandang namanya saja kita harus bangga. Jika tidak Indonesia, mungkin akan ada Jawa, Tapanuli, Papua, Minang, Aceh, dan lain-lain. Mengapa Indonesia bisa merangkul semuanya? Coba intip pejuang kita, dari segi suku ada Cut Meutia dari Aceh, ada Singsingamangaraja dari Tapanuli, ada Ki Hadjar Dewantara dari Jawa, ada Pattimura dari Maluku, ada Jhon Lie dari Tionghoa, ada I Gusti Ngurah Rai dari Bali, ada Frans Keiseppo dari Papua, dan masih banyak lagi.

Dari segi agama tentu juga ada K.H. Ahmad Dahlan, Soekarno, Bung Tomo, Wahid Hasyim, Dewi Sartika, dan lain-lain sebagai pahlawan beragama Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun