Pasar biasanya dikenal sebagai tempat jual beli, dimana penjual bertemu dengan pembeli. Pengalaman berbelanja di pasar punya ragam kisah yang berbeda-beda, tidak semua menarik, tapi tetap lekat di ingatan. Kadang pengalaman berbelanja menyimpan kisah yang lucu atau berkesan.Â
Di daerah Medan, kota kelahiran saya, ada satu pasar yang ikonik dan unik. Pasar ini seperti pasar pada umumnya dengan aneka barang dagangan. Namun, ada yang menarik dari pasar ini karena salah satu produk yang diperdagangkan, yaitu pakaian bekas. Pasar ini sangat terkenal di daerah Sumatera Utara, di Kota Medan khususnya. Namanya Pajak Sambu atau Monza Sambu.
Mungkin pembaca mengira saya salah menulis nama pasarnya kan ... Tentu tidak. Namanya memang Pajak Sambu. Warga Kota Medan memang sangat unik dalam penggunaan istilah, yang sering membuat orang lain kebingungan. Kata "pajak" biasa digunakan untuk menyebut pasar sebagai lokasi atau tempat berjualan. Sangat berbeda dengan kata 'pajak' dalam arti sebenarnya.
Baca juga:Â Super Sibuk Bekerja? Ini Ide Kecil Berolahraga Untuk Tubuh Sehat
Keunikan pemakaian istilah seperti ini juga ditemukan pada beberapa kata lainnya. Contohnya, warga Medan menggunakan istilah "kereta" untuk menyebut sepeda motor. Sedangkan mobil dikenal dengan sebutan "motor". Masih ada kata lain yaitu "galon" untuk menyebutkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan "pasar hitam" untuk menyebutkan menyebut jalan raya.
Pasar Sambu, atau lebih tenar disebut Pajak Sambu atau Monza Sambu, merupakan pasar legendaris di Kota Medan. Pasar yang telah ada sejak jaman Belanda sekitar tahun 1933 ini, berada di Jalan Sutomo ini, letaknya tidak jauh dari pusat kota. Pajak Sambu merupakan pasar tradisional tertua dan sebelumnya pernah menjadi pasar terbesar di Kota Medan, lho.
Meski terdapat juga aneka barang dagangan lain seperti sayur mayur, buku, jam tangan, mainan, dan barang-barang antik, pasar ini lebih populer karena penjualan pakaian bekas impor (thrift) yang berasal dari berbagai negara seperti Jepang, Korea, China, dan Thailand. Â
Orang Medan menyebut istilah "Monza" pada pakaian bekas impor. Istilah ini berasal dari sebutan pada salah satu tempat yang juga menjual pakaian bekas impor. Lokasinya berada di Jalan Wolter Mongonsidi. Di dekat lokasi ini ada sebuah bangunan plaza yang terkenal karena satu-satunya bangunan bagus sebelumnya.Â
Dari sinilah dimulai istilah Monza digunakan, yang merupakan akronim dari Mongonsidi Plaza. Semula istilah ini hendak mempermudah orang untuk mengetahui lokasinya.Â
Karena banyaknya penjual pakaian bekas impor yang berjualan di tempat ini, orang pun lebih mengenal tempat ini sebagai tempat penjualan baju bekas. Pajak Sambu dapat dikatakan sebagai "cabang baru" dari lokasi awal Monza. Mulailah istilah ini diidentikkan dengan belanja hemat dan perburuan baju-baju dengan merek terkenal.